JAKARTA – Penurunan bunga acuan Bank Indonesia (BI) dinilai akan menurunkan imbal hasil (yield) aset investasi dalam rupiah. Ini berpeluang memicu pelarian modal atau capital outflow yang lebih deras sehingga menimbulkan depresiasi nilai tukar rupiah.
Selain itu, di tengah-tengah ketidakpastian dan perlambatan ekonomi
global akibat perang dagang yang mengarah pada ancaman resesi dunia,
rupiah juga rentan terhadap aksi jual. Sentimen negatif itu dipicu oleh
peristiwa yang dapat menyebabkan penghindaran aset berisiko global,
apalagi mengingat porsi kepemilikan asing yang tinggi dalam obligasi
pemerintah RI, yakni sekitar 40 persen.
Sementara itu, pada perdagangan di pasar spot, Jumat (23/8),
kurs rupiah ditutup menguat 24 poin (0,17 persen) dari penutupan hari
sebelumnya, menjadi 14.215 rupiah per dollar AS. Posisi terkuat rupiah
pada tahun ini di level 13.920 rupiah per dollar AS pada 6 Februari dan
15 Juli, sedangkan level terlemahnya di tingkat 14.525 rupiah per dollar
AS pada 22 Mei.
Pelaku pasar mengatakan penguatan rupiah kemarin terjadi menjelang akhir perdagangan setelah hampir sepanjang hari tertekan.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim, menilai penguatan
rupiah itu tidak terlalu signifikan, terdorong oleh sentimen sesaat
penurunan bunga acuan BI. Akan tetapi, menurut dia, tidak bisa
dimungkiri bahwa ke depan, penurunan suku bunga acuan bakal menurunkan yield sehingga menyurutkan minat investor terhadap mata uang RI itu.
“Apalagi dengan situasi yang penuh ketidakpastian, bahkan ada
ancaman resesi. Pelaku pasar lebih memilih selamatkan diri
masing-masing,” jelas dia, di Jakarta, Jumat.
Ibrahim menambahkan sikap pelaku pasar itu tidak terlepas dari
perkembangan sengketa perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan
Tiongkok. Kabar terakhir, Juru Bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok
menyatakan akan mengambil tindakan balasan yang sesuai jika AS dengan
keras berpegang teguh pada caranya sendiri.
Sebelumnya dikabarkan, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga
acuan, BI-7 day Reverse Repo Rate, sebesar 25 basis poin menjadi 5,5
persen. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan penurunan suku bunga
tersebut dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
“Ini adalah langkah pre-emptive terhadap dampak dari
perlambatan ekonomi dunia dan sekaligus sebagai sinergi kami dengan
pemerintah untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi,” kata Perry,
Kamis (22/8).
Menanggapi kebijakan bank sentral itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani,
berjanji melakukan harmonisasi dari kebijakan pelonggaran moneter
dengan kebijakan fiskal. Tujuannya, agar penurunan suku bunga acuan
benar-benar berperan dalam pertumbuhan ekonomi RI.
“Policy (kebijakan) yang sudah dilakukan oleh BI akan kami
sinkronkan dengan pemerintah, baik fiskal ke depan maupun yang
sekarang,” tutur Sri Mulyani di Jakarta, Jumat.
Kehilangan Amunisi
Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng,
mengemukakan penurunan bunga acuan BI yang diikuti depresiasi rupiah
bakal menambah beban utang luar negeri pemerintah maupun BUMN.
“Perusahaan yang mendapatkan pendapatan dalam rupiah akan makin
tertekan yang pada gilirannya justru merugikan rakyat karena
harga-harga akan terancam dinaikkan,” papar dia.
Menurut Salamuddin, apabila penurunan bunga acuan diniatkan untuk
menggenjot sektor riil dengan harapan suku bunga kredit bank turun,
selama ini kenyataannya justru tidak seperti itu.
“Bank tidak merespons suku bunga acuan BI karena bank-bank nasional
berutang dalam dollar ke pihak internasional. Padahal pendapatan mereka
dalam rupiah,” ungkap dia.
Dia memaparkan dana murah selama belasan tahun oleh perbankan
disalahalokasikan pada sektor nonproduktif, seperti kredit properti dan
konsumsi. Akibatnya, saat resesi dunia, Indonesia kehilangan alat dan
amunisi untuk mengangkat kegiatan ekonomi sektor produktif, seperti
manufaktur dan pertanian pangan.
“Untuk menggenjot sektor riil, penurunan suku bunga acuan mesti
dibarengi dengan paket penurunan pajak dan memperbaiki struktur biaya
energi yang membenani dunia usaha,” tukas Salamuddin
0 comments:
Post a Comment