Manusia merupakan makhluk yang diciptakan sempurna oleh Allah.
Manusia diberi akal untuk berpikir dan mempertimbangkan segala hal yang
akan dilakukannya. Dengan akal itu pula, manusia bisa membedakan mana
hal yang baik dan yang buruk. Namun, terkadang manusia salah menggunakan
akalnya hingga berbuat sesuatu yang buruk.
Berbuat buruk atau
berbuat suatu kesalahan memang termasuk kodrat manusia. Tidak mungkin
ada satu orang pun manusia yang lupus dari kesalahan dan selalu berbuat
benar sepanjang usianya. Hal ini sangat manusia, karena selain memiliki
akal manusia juga memiliki hawa nafsu yang terkadang mengalahkan
akalnya.
Di sinilah fungsi ajaran agama dalam kehidupan manusia. Ajaran agama
seharusnya menjadi pegangan hidup dan batas-batas yang menjaga manusia
agar tetap berada di jalan kebenaran. Meski sering khilaf dan berbuat
salah akibat hawa nafsu, dengan berpegang pada ajaran agama, diharapkan
manusia akan terus kembali ke jalan yang lurus sesuai ajaran agama.
Salah
satu hal yang diajarkan oleh agama Islam agar seorang manusia tetap
bisa istiqomah berada di jalan Allah adalah untuk selalu introspeksi
diri. Apa itu introspeksi diri? Mengapa kita harus terus mengintrospeksi
diri kita? Berikut akan dibahas mengenai introspeksi diri dalam Islam.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab shahih-nya, Abu az Zinad berkata, “Sesungguhnya mayoritas sunnah dan kebenaran bertentangan dengan pendapat pribadi”.
Dari perkataan tersebut, kita mengetahui bahwa ternyata memang benar
bahwa kebanyakan hal-hal yang benar dalam ajaran agama justru
bertentangan dengan pendapat pribadi kita. Hal ini menunjukkan bahwa
memang hawa nafsu manusia seringkali tidak mengikuti apa-apa yang
dibenarkan agama.
Maka,
hendaknya kita belajar untuk selalu introspeksi diri dan belajar untuk
memperbaiki kekeliruan yang pernah kita lakukan. Jika kita masih enggan
melakukannya, hendaknya kita belajar dari kalangan yang ditolak oleh
para malaikat pada saat kalangan tersebut akan mendatangi al Haudh. Al
Haudh adalah telaga Rasulullah di hari kiamat. Kalangan ini tidak bisa
mendatangi al Haudh karena semasa mereka hidup di dunia, mereka termasuk
kalangan yang teguh pendirian memegang sesuatu yang keliru, sesat dan
salah padahal kebenaran telah nyata berada di depan mereka.
Hal
ini tertulis dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah, yaitu ketika para
malaikat memberi alasan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Mereka telah mengganti-ganti (ajaranmu) sepeninggalmu” maka kataku: “Menjauhlah sana… menjauhlah sana (kalau begitu)”.
Dari hadis ini kita bisa mengetahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bahkan mengecam perilaku orang-orang yang enggan melakukan
introspeksi diri, apalagi jika kebenaran telah ditunjukkan di depan
mereka.
Manfaat Intropeksi dalam Islam
Terdapat banyak keutamaan atau
manfaat yang didapat seseorang yang melakukan introspeksi diri. Berikut
ini akan dibahas beberapa manfaat introspeksi diri yang bisa didapat,
antara lain:
- Hisab yang lebih ringan
Umar radhiallahu ‘anhu pernah berkata, “Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia” [HR. Tirmidzi]. (Baca
Kita
mungkin telah melihat di sekitar kita bahwa begitu banyak kerusakan
yang ditimbulkan oleh perilaku manusia di muka bumi ini. Maka, ketika
kita kembali pada syariat agama Islam untuk memperbaiki, atau setidaknya
menghentikan, kerusakan yang telah terjadi, sungguh begitu besar
keutamaannya. Kembali pada syariat agama ini merupakan langkah awal
untuk meningkatkan derajat kita di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala.
- Hati lebih lapang
Introspeksi
diri berarti kita fokus pada tujuan diri kita menjadi sosok yang lebih
baik dari sebelumnya sesuai ajaran Islam. Kita tidak merasa paling benar
sendiri dan menyadari bahwa kebenaran bisa datang dari mana saja.Dengan kita mau mengintrospeksi diri, kita bisa lebih terbuka terhadap
masukan dan saran untuk kebaikan diri kita. Kita hanya akan berorientasi
kepada kebaikan dan tujuan kita di dunia untuk beribadah kepada Allah.
Dengan begitu, secara otomatis hati kita pun akan lebih tenang dan
lapang.
- Hubungan dengan orang lain lebih baik
Introspeksi
diri dalam Islam juga berarti kita mau mengakui kesalahan dan tidak
merasa diri kita yang paling benar. Maka, dengan introspeksi diri kita
juga mau meminta maaf dan memperbaiki kesalahan yang pernah kita
lakukan. Dengan demikian, pintu-pintu maaf dari manusia dan hubungan
yang lebih baik dengan manusia lain akan lebih terbuka lebar. Bagaimana
pun, seseorang akan lebih terbuka dengan orang yang rendah hati dan mau
memperbaiki diri daripada dengan orang yang sombong dan merasa benar
sendiri
- Menjauhkan diri dari sifat munafik
Sering
melakukan introspeksi diri merupakan salah satu cara menjauhkan diri
dari kemunafikan. Seperti perkataan Ibrahim at Taimy, “Tidaklah
diriku membandingkan antara ucapan dan perbuatanku, melainkan saya
khawatir jika ternyata diriku adalah seorang pendusta (ucapannya
menyelisihi perbuatannya)
Tidak hanya itu, Ibnu Abi Malikah juga pernah berkata seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari, “Aku
menjumpai 30 sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, merasa semua
mengkhawatirkan kemunafikan atas diri mereka. Tidak ada satu pun dari
mereka yang mengatakan bahwa keimanannya seperti keimanan Jibril dan
Mikail”
Dari
semua hadis di atas, kita mengetahui bahwa tidak ada manusia yang
sempurna dan bebas dari kesalahan. Maka, dengan menyadari hal ini dan
terus mau introspeksi diri, kita akan lebih bisa menerima kebenaran dan
tidak merasa paling sempurna yang erat dengan sifat orang munafik.
Cara Introspeksi Diri dalam Islam
Setelah mengetahui
keutamaan introspeksi diri di atas, maka kini kita perlu belajar cara
introspeksi diri yang benar. Hal ini tentu akan membantu kita untuk
menjadi seseorang yang lebih baik dari hari ke hari dan semoga akan
membawa kita ke rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Berikut ini beberapa
cara untuk introspeksi diri:
- Membuka diri untuk kritik dan saran
Seringkali
kita merasa pendapat atau pikiran kita merupakan kebenaran
satu-satunya. Pikiran seperti ini akan menutup kita dari pendapat atau
saran dari pihak lain. Padahal, sesungguhnya belum tentu pikiran atau
pendapat kita adalah yang paling benar. Kita bahkan dianjurkan untuk
meminta pendapat orang lain demi mendapatkan pendapat atau saran dari
orang lain
Hal
ini tercermin dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang
menceritakan Umar memberikan usul kepada Abu Bakar radhiallahu anhuma
untuk mengumpulkan al Quran. Dalam hadis ini, diceritakan bahwa Abu
Bakar sempat menolak usul Umar tersebut. Namun, Umar tidak berhenti
mendesak dan berpendapat bahwa usul tersebut merupakan kebaikan. Hingga
akhirnya Abu Bakar mengatakan, “Umar senantiasa membujukku untuk
mengevaluasi pendapatku dalam permasalahan itu hingga Allah melapangkan
hatiku dan aku pun berpendapat sebagaimana pendapat Umar”.
Dari
kisah ini kita belajar bahwa Abu Bakar tidak tertutup pada usul atau
pendapat orang lain. Beliau mau terbuka dan menerima usulan karena
beliau tahu bahwa pendapat beliau bukan satu-satunya pendapat yang baik
dan mungkin saja hal yang lebih baik datang dari pendapat orang lain.
- Berkumpul dengan orang shaleh
Sebaiknya
kita juga mendekatkan diri pada teman-teman yang sholeh. Dengan dekat
dengan teman yang shaleh, kita bisa lebih mudah menerima nasehat baik
dan diingatkan untuk tetap berada di jalan Allah. Mereka akan lebih
mungkin mengingatkan kita jika kita berbuat salah dan membuat kita terus
introspeksi diri. Bahkan, dengan dekat dengan orang-orang yang shaleh,
kita akan lebih terpacu untuk saling mengingatkan satu sama lain.
Terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi mengatakan, “Koreksilah
diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih)
untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)”. Dalam hadis lainnya juga disebutkan, ““Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” [HR. Tirmidzi].
Dari
uraian di atas, kini kita telah mengetahui pentingnya introspeksi diri
dalam Islam. Tidak hanya itu, kita juga belajar cara mengintrospeksi dri
yang baik hingga nantinya kita bisa mengamalkannya di kehidupan
sehari-hari. Semoga kita termasuk orang-orang yang mau terus melakukan
introspeksi diri dan menjadi seseorang yang lebih baik dari hari ke
hari.
Wallahu a’lam bishawab.
0 comments:
Post a Comment