![]() |
BANTEN-Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cidanau, Ciujung
dan Cidurian sengaja membiarkan kondisi daerah aliran Sungai (Das)
Ciberang tanpa ada tanggul. Hal itu guna mempertahankan nilai
kealamiahan Sungai Ciberang.
Untuk itu, ketika hujan dengan
intensitas tinggi turun di wilayah hulu sungai, bantaran sungai tidak
memiliki tanggul untuk menahan debit air yang datang. Efeknya, rumah
warga yang tinggal 50 meter di sepanjang bantaran sungai terkena banjir
bandang akibat luapan air sungai.
Kepala BBWS Cidanau, Ciujung dan Cidurian, Tris Raditian mengatakan,
pada awal tahun ini intensitas hujan yang mengguyur wilayah hulu sungai
sangat tinggi. Berdasarkan catatan di stasiun curah hujan yang berada di
Banjar Irigasi, Kecamatan Lebak Gedong, curah hujan di hulu mencapai
210 milimeter. Sedangkan daya tampung normalnya hanya 75 milimeter.
“Sangat
tinggi sekali curah hujannya kala itu. Bahkan material tebing dan
bangunan yang berada di atas juga terbawa arus air hujan yang turun
karena kondisi tanah yang kering setelah masa kemarau yang
berkepanjangan,” ujarnya, Jumat (17/1/2020).
Sementara itu, lanjut Tris, curah hujan di wilayah hulu sungai
Cidurian atau Cikasungka, berdasarkan catatan, mencapai 245 milimeter.
Setelah melihat hasil pengukuran ini, pihaknya menyimpulkan, curah hujan
awal tahun 2020 itu merupakan siklus ulang curah hujan 100 tahun.
“Yang
kami lakukan pasca kejadian ini melakukan penguatan tebing-tebing di
sekitar alirah sungai, mengingat berdasarkan analisa BMKG, musim
penghujan masih akan berlanjut sampai Maret, selain menginventarisir
bangunan yang terdampak bencana,” katanya.
Setelah itu, pihaknya
akan melakukan evaluasi untuk kemudian melakukan pekerjaan fisik
permanen guna mengantisipasi kejadian serupa di masa yang akan datang.
“Kami akan evaluasi semuanya,” tegasnya
0 comments:
Post a Comment