JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) menargetkan 23 persen penduduk
Indonesia berpartisipasi dalam sensus penduduk online. Sensus penduduk
online ini berlangsung sejak 15 Februari sampai 31 Maret pukul 23.59
WIB.
Metode anyar ini sengaja dipilih BPS untuk melakukan hajatan besar 10
tahunan. Alasannya untuk mempercepat proses pengolahan data oleh
server. Sebab pendataan manual memiliki resiko lebih tinggi, selain itu
sistem online merupakan cara menghindari salah data.
"Mencatat kertas, belum tentu catatan rapih dan sebagainya.
Pengolahan datanya jadi lebih lama," kata Sekretaris Umum BPS Adi
Lumaksono di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Sabtu (15/2).
Terkait akurasi data, Adi menyebut kuncinya pada kejujuran masyarakat
dalam menjawab setiap pertama. Kejujuran jadi kunci kualitas hasil
sensus penduduk. "Tingkat kesalahan ada di sana (masyarakat)," ujar Adi.
Meski begitu, tak berarti cara lama dengan wawancara lebih baik.
Sebaliknya, resiko human eror juga tetap ada. Kemungkinan terjadinya
salah data bisa dari masyarakat yang berbohong, atau petugas sensus yang
salah melakukan pengisian
BPS Jamin Data Aman
BPS menjamin, sensus online ini akan menjaga kerahasiaan data
penduduk. Bisa terlihat dari proses mengisi data diawali dengan mengisi
captcha. Kemudian membuat kata sandi dan membatasi tiap NIK hanya bisa
mengakses dua kali sistem tersebut.
"Kalau data sudah ada di BPS, kami jamin kerahasiaannya. Kami jamin data individu tidak akan hilang," kata Adi.
Adi memastikan sistem yang dibangun BPS tidak akan dibobol peretas.
Pihaknya telah bekerja sama dengan para ahli IT dari Institut Teknologi
Bandung (ITB) untuk menghalau berbagai kemungkinan buruk yang bakal
terjadi.
BPS juga melibatkan BSSN untuk melindungi kerahasiaan data 260 juta
penduduk Indonesia. Kerja sama juga dilakukan dengan Kementerian
Komunikasi dan Informasi, dan Australian Berau Statistics
0 comments:
Post a Comment