JAKARTA - Guna menghindari cepatnya penyebaran virus
Covid-19, semua warga negara diminta dengan sadar mengurangi kegiatan
di luar rumah. Jangan sampai keadaan yang memaksa masyarakat
menghentikan kegiatan di luar rumah karena sudah tingginya angka jumlah
penderita.
“Isolasi mandiri atau social distancing itu kunci hindari tersebarnya
paparan, itu harus segera dilakukan, jangan sampai menunggu krisis yang
lebih besar,” kata pengamat sosial UGM, Muhammad Najib, saat dihubungi,
Selasa (17/3).
Menurutnya, pemerintah harus berkali-kali dan berulang-ulang
mengingatkan pentingnya isolasi diri melalui berbagai media yang ada.
Tentunya ini harus diimbangi dengan tingkat kepatuhan tinggi dari
segenap awarga. “Tak mungkin pemerintah tangani ini semua tanpa kerja
sama dengan rakyat, terutama di kota-kota besar. Isolasi diri sendiri
harus ada disiplin dan tingkat kepatuhan yang tinggi” kata Najib.
Ia menjelaskan, jangan sampai terjadi siswa sekolah yang diliburkan
malah jalan-jalan di tempat wisata atau ke pusat perbelanjaan. “Kalau
itu yang dilakukan, self isolation itu bukan hanya gagal, malah
bisa-bisa orang tersebut membawa penyakit ke kantor,” ujarnya.
Najib mengatakan wabah virus korona adalah ancaman global yang
bersifat luar biasa (extraordinary). “Ini persoalan luar biasa sehingga
harus disikapi juga dengan luar bisa juga, jangan dihadapi secara
konvensional. Pastikan warga mengerti masalah dan pimpin rakyat ke luar
dari masalah ini. Makanya, ajak Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah untuk
bergotong royong memerangi Covid-19,” tandas Najib.
Dihubungi terpisah, pakar kebijakan publik dari Universitas
Brawijaya, Imam Hanafi, mengatakan pemerintah perlu memiliki kebijakan
antipandemi dan gencar melakukan sosialisasi melalui berbagai media
bahwa menjaga jarak sosial atau social distancing adalah kunci
menghindari tersebarnya paparan.
“Harus dilakukan isolasi makhluk hidup dan benda ke dan atau dari
wilayah yang terjangkit wabah. Ini penting untuk memastikan pembendungan
Covid-19,” katanya.
Imam menambahkan, social distancing mesti dimengerti oleh masyarakat,
termasuk mematuhi langkah-langkahnya, seperti menjauhi kerumunan karena
wabah itu laksana kobaran api. “Jauhi dan berpencarlah. Ini sama saja
dengan memutuskan mata rantai penyebaran. Tempat keramaian dibubarkan
saja,” tegasnya.
Jangan Panik
Menurut Imam, yang terpenting adalah masyarakat tetap menjaga diri,
tidak panik, bersabar, berbaik sangka, berikhtiar, dan berdoa. “Ini
mesti disosialisasikan agar terjadi pemahaman bersama,” jelasnya.
Menurutnya, dalam kondisi seperti sekarang ini, pemerintah memang tak
perlu mengumumkan penutupan wilayah (lockdown) Indonesia. “Kita mesti
sadar kalau ada wabah. Kita harus contoh Singapura yang cepat turunnya,”
ujarnya.
Selain itu, masyarakat juga tidak perlu mempercayai isu Covid-19
tidak bisa hidup di panas dan humiditas tinggi. Soalnya, Singapura dan
Australia itu sekarang panas, tapi tetap saja ada wargnya yang terkena
virus korona.
Saat ini yang dibutuhkan adalah kesadaran bersama untuk menanggulangi
wabah Covid-19. Tanggung jawab pemerintah adalah memberikan pelayanan
orang yang minta dites secepat-cepatnya agar diketahui kondisinya dan
kemudian diberikan cara pencegahan agar tidak menular.
Sebelumnya, Ketua Dewan Penasehat Indonesia Human Right Committee for
Social Justice (IHCS), Gunawan, mengatakan pemerintah mesti segera
menerapkan prosedur operasi standar (standard operating procedure/SOP)
pertahanan semesta untuk menangkal dampak lebih mematikan dari virus
korona.
“Pertahanan semesta adalah pemerintah dengan cepat dan tepat
mengkoordinasikan sumber daya yang tersedia sekaligus melibatkan
partisipasi rakyat dalam menghadapi ancaman serangan Covid-19,” katanya,
Senin (16/3). YK/SB/AR-2
0 comments:
Post a Comment