PANDEGLANG, (KB).- Sektor pariwisata di Pandeglang
mengalami kelumpuhan terkena imbas pandemi Covid-19. Apalagi sebelumnya,
pariwisata di Banten khususnya Pandeglang mengalami kehancuran akibat
tsunami Selat Sunda terjadi di penghujung tahun 2018.
Hal itu dikatakan seorang aktivis pariwisata Pandeglang Ade Ervin
kepada Kabar Banten, Rabu (29/4/2020). Menurut dia, kondisi pariwisata
saat ini sedang jatuh terkena imbas penyebaran Covid-19.
“Ya, ibarat pepatah ‘Sudah Jatuh Tertimpa Tangga’. Baru saja sektor
pariwisata mau bangkit pascabencana tsunami dua tahun lalu, kini kembali
mengalami kelumpuhan dirundung kasus virus corona di awal tahun 2020,”
ujar Ervin.
Ia mengakui, dampak penyebaran virus corona memang sangat dahsyat
karena tidak saja mengancam keselamatan jiwa manusia. Namun, virus ini
juga membuat lumpuh sendi perekonomian di 210 negara.
Di Indonesia sendiri Covid-19 membuat tingkat perekonomian masyarakat
menurun drastis. Oleh karena itu, wajar jika pemerintah fokus melakukan
pencegahan dan penanganan virus corona untuk melindungi keberlangsungan
hidup masyarakat.
Sementara di Banten sendiri, kasus Covid-19 berdampak buruk terhadap
pembangunan pariwisata, industri, perdagangan, pekerjaan umum seperti
jasa konstruksi dan angkutan transportasi. Namun yang paling relatif
aman adalah sektor pertanian dan perikanan.
Namun dari sisi pengembangan usahanya sulit dikembangkan karena
tersandera oleh pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
“Iya ini bisa dibilang musibah dan cobaan, karena sebelumnya Banten dilanda tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018,” ujarnya.
Ia menilai, pengembangan pariwisata di Banten, khususnya Pandeglang
belum mengalami kemajuan. Sebab, baru mau bangkit saja, pariwisata
tenggelam terdampak kasus wabah corona.
“Saat ini Covid-19 berdampak buruk bagi pengusaha perhotelan, wisata
umum, travel, tour guide dan para pekerjanya, termasuk masyarakat
pariwisata,” ujarnya.
Selaku masyarakat pariwisata, Ervin telah berkoordinasi dengan relasi
di kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif untuk melobi berbagai
bantuan. Sebab, daerah lain seperti Provinsi Bali, Yogyakarta dan Jabar
sudah mendapatkan bantuan dari kementerian pariwisata.
Anehnya, pelaku pariwisata di Banten tidak mendapatkan bantuan. Ini
terjadi karena sampai saat ini tidak ada satu pun pengajuan dan
permohonan bantuan dari Banten ke Kementerian pariwisata, sehingga
pemerintah pusat menganggap tidak terjadi apa-apa terhadap masyarakat
pariwisata di Banten.
Ervin berharap ke depan Pemprov Banten untuk membentuk pusat krisis
pariwisata provinsi. Hal itu akan berguna bagi pemerintah disaat kondisi
kepariwisataan sedang terpuruk.
“Jadi, melalui pusat krisis pariwisata inilah dapat dilaksakanan penanganan kedaruratan pariwisata,” ujarnya.
0 comments:
Post a Comment