![]() |
Menko Airlangga. ©2020 |
JAKARTA-Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto
melangsungkan courtesy call dengan Menteri Perdagangan Korea Selatan
(Korsel) Yoo Myung Hee. Dalam pertemuan secara online itu keduanya
sepakat berkolaborasi dalam memerangi Covid-19.
Menko Airlangga mengatakan, kondisi Covid-19 ini menyatukan
negara-negara di seluruh dunia yang mengalami kejadian sama. Hal ini
dibuktikan dengan kerja sama yang lebih kuat lagi untuk mencegah
penyebaran virus tersebut dan memitigasi pengaruhnya terhadap bidang
ekonomi dan sosial.
Dia mencontohkan, salah satu langkah bagus untuk persatuan dunia iu
adalah Extraordinary G20 Leaders Summit on Covid-19 yang dilaksanakan
beberapa waktu lalu. Indonesia berkomitmen untuk mengimplementasikan
hasil dari konferensi tingkat tinggi tersebut, dan menggarisbawahi
pentingnya kolaborasi di antara negara-negara dalam menghadapi wabah
Covid-19 ini.
Dia menekankan, Korsel telah berhasil menekan kurva dari jumlah
korban Covid-19. Sejauh ini, jumlah kasus baru di sana sudah berkurang
signifikan dan jumlah yang sembuh semakin meningkat. Sehingga, Korsel
dapat dijadikan role model dalam keberhasilan penanganan pandemi ini.
"Saya mau sharing bahwa beberapa minggu lalu saya meminta laporan
khusus dari Regional Economy and Policy Institute (REPI) yang berlokasi
Daegu tentang bagaimana Korsel telah berhasil menangani Covid-19 secara
efektif. Laporan itu membuka mata kami jika salah satu faktor kuncinya
adalah kemampuan Pemerintah Korsel mengadakan rapid test besar-besaran,
sehingga memungkinkan pemerintah melacak dan merespon cepat terhadap
penyebaran virus corona," kata Menko Airlangga dalam keterangan
resminya, Senin (6/4).
Tes secara masif itu juga didukung oleh produksi yang masif pula dari
peralatan tes (testing kits) virus corona yang berhasil dibuat oleh dua
perusahaan bioteknologi asal Korsel, Kogene Biotech dan Seegene.
Harapannya kedua perusahaan itu dapat memproduksi peralatan tes bersama
dengan perusahaan di Indonesia. Tak lupa, Alat Pelindung Diri (APD) juga
akan diproduksi bersama, yaitu bahan mentahnya dari Korsel dan akan
dijahit di sini.
"Kami juga berterima kasih kepada Pemerintah Korsel yang telah
memutuskan memberi bantuan dalam bentuk in-kind kepada Pemerintah
Indonesia senilai USD500 ribu guna mendukung upaya kami memerangi wabah
Covid-19," kata Menko Airlangga.
Bantuan kepada Indonesia terdiri dari Covid-19 test kits dan
rechargeable battery power sprayers. Saat ini 300 sprayers sudah siap
dikirim ke Indonesia. Sementara, untuk pengiriman Covid-19 test kit
masih dipersiapkan teknisnya. Pihak yang ditunjuk Kementerian Luar
Negeri Korsel untuk pelaksanaan teknis pengiriman bantuan tersebut
adalah Korea International Cooperation Agency (KOICA). Sementara,
sebagai bagian dari sektor swasta Korsel, LG Group akan menyumbang 50
ribu Covid-19 diagnostic kit (tipe RT-PCR), kemudian Hyundai Motor juga
menyumbang 40 ribu APD, kepada Indonesia.
Indonesia Jadi Negara Prioritas Korsel
Sementara itu, Menteri Perdagangan Korsel Yoo Myung Hee
mengungkapkan, Pemerintah Korsel telah menempatkan Indonesia sebagai
salah satu negara prioritas untuk ekspor alat kesehatan dan karantina,
di samping Amerika Serikat (AS) dan Uni Arab Emirat (UAE).
Pada sisi lain, kondisi pandemi seperti saat ini mendorong pemerintah
setiap negara untuk melakukan langkah pengamanan terhadap keuangan
global melalui skema pertukaran mata uang (currency swap).
Untuk itu, Menko Airlangga dan Mendag Korsel pun mengapresiasi
penandatanganan Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) antara Bank
Indonesia dan Bank of Korea pada 5 Maret 2020 lalu. Plafonnya senilai
KRW10,7 triliun atau Rp115 triliun, yang berlaku efektif mulai 6 Maret
2020 sampai 5 Maret 2023, dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan.
Selain itu, Indonesia juga mendorong skema keuangan lain yakni Local
Currency Settlement with Appointed Cross Currency Dealer (LCS ACCD). Hal
ini adalah penyelesaian transaksi perdagangan antara dua negara yang
dilakukan dalam mata uang masing-masing, di mana penyelesaian
transaksinya dilakukan dalam yurisdiksi wilayah masing-masing.
Skema ini mengharuskan penunjukkan Appointed Cross Currency Dealers,
yaitu bank untuk memfasilitasi pelaksanaan LCS melalui pembukaan
rekening mata uang negara mitra di negaranya. LCS ACCD dilakukan untuk
mendorong penggunaan mata uang lokal secara lebih luas dalam
penyelesaian perdagangan, sehingga mengurangi tekanan Dolar AS terhadap
mata uang lokal.
"Saya berharap ini dapat memberikan jaring pengaman untuk transaksi
finansial di antara kedua negara. Sebab, saya juga percaya jika situasi
ekonomi global saat ini menjadi alasan utama untuk menguatkan kerja sama
kita dalam menjaga stabilitas keuangan dan moneter di negara
masing-masing," tutup Menko Airlangga.
Selama ini kedua negara mempunyai hubungan bilateral yang cukup baik,
khususnya dalam bidang investasi (bisnis), perdagangan (ekspor-impor),
dan pariwisata. Total perdagangan antar dua negara Asia ini sebesar
USD1.311 juta pada Januari 2020. Indonesia menjadi pemasok bahan mentah
dan energi untuk industri Korsel.
Indonesia merupakan salah satu tujuan utama investasi dari banyak
perusahaan Korsel. Negeri Ginseng itu adalah investor terbesar ke-9
untuk Indonesia di 2019.Total investasi dari Korsel ke Indonesia pada
tahun tersebut senilai USD1,1 miliar (2.952 proyek), menurun 33 persen
dari tahun sebelumnya yang sebesar USD1,6 miliar (2.412 proyek).
0 comments:
Post a Comment