TANGERANG -Meski belum ada penelitian tentang risiko COVID-19
terhadap anak-anak, namun data kasus secara global menunjukkan rendahnya
persentase anak-anak penderita COVID-19.
Namun demikian, bukan berarti dalam masa pandemi ini perhatian terhadap anak-anak, terutama pemenuhan gizi jadi berkurang.
Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif
Hidayat mengatakan, stunting dan gizi buruk sama berbahayanya dengan
COVID-19.
“Jika bicara dampak jangka panjang, stunting jelas lebih berbahaya.
Anak yang terkena stunting sepanjang hidupnya akan dihantui gangguan
kesehatan, kurang produktif hingga menjadi beban bagi keluarga,” jelas
Arif, melalui siaran pers, Rabu (22/4/2020).
Oleh karenanya, Arif berharap pemerintah dan seluruh elemen
masyarakat dapat lebih memperhatikan aspek kesehatan keluarga terutama
pemenuhan gizi anak.
“Kita perlu mengapresiasi berbagai upaya masyarakat menggalang
bantuan. Tapi yang perlu diingat adalah jangan sampai paket-paket
sembako yang dibagikan ke masyarakat justru beresiko terhadap kesehatan
mereka di masa depan,” jelas Arif.
Kekhawatiran tersebut disampaikan Arif bukan tanpa alasan. Sudah
menjadi kebiasaan kita memberikan produk-produk instan dan tinggi gula
di dalam paket sembako.
“Pada umumnya, paket sembako bantuan masyarakat biasanya dilengkapi
produk-produk seperti mie instan, ikan kaleng, susu kaleng/ susu kental
manis. Jelas ini bukan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi anak-anak
terutama balita,” jelas Arif.
Dari pada memberikan anak makanan instan, kata dia, lebih baik
masyarakat memanfaatkan bahan makanan yang banyak disediakan di
lingkungan sekitar.
“Banyak masyarakat mengeluh pandemik mengakibatkan pendapatan
keluarga berkurang, sementara ada kebutuhan susu untuk anak. Disini saya
ingatkan, asupan protein untuk anak bisa di dapat dari bahan-bahan
pangan lokal di sekitar kita," katanya.
"Daun kelor misalnya, selain tinggi protein juga kaya dan vitamin C.
Protein ini juga bisa diperoleh dari tempe, tahu dan telur. Jangan
sampai nanti karena harga susu anak mahal menjadi alasan masyarakat
memberikan anak minuman instan seperti susu kental manis, ini yang kita
juga musti awasi,” ungkap Arif.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) dr. Kirana Pritasari mengatakan pemenuhan gizi anak harus
tetap diperhatikan untuk menjaga imunitas, agar terhindar dari infeksi
penyakit khususnya COVID-19.
Imunitas tubuh erat kaitannya dengan cukup atau tidaknya asupan makan
anak, yang akan berpengaruh langsung terhadap status gizi dan
imunitasnya.
"Dengan asupan makan yang cukup baik jumlah, jenis, dan frekuensinya
maka imunitas akan terjaga sehingga anak mampu menangkal penyakit
infeksi, atau setidaknya bila terlanjur terinfeksi maka dapat cepat
sembuh kembali,” jelas Kirana.
Pada kondisi anak tertular COVID-19 akan menjadi lebih berisiko ketika anak memiliki penyakit penyerta seperti pneumonia.
Dengan demikian, mempertahankan status gizi anak jangan sampai turun
bagi yang normal, serta memperbaiki status gizi pada anak-anak gizi
kurang dan buruk menjadi sangat penting.
Kirana mengingatkan keterbatasan penghasilan orang tua dapat memberikan efek domino yang menyebabkan penurunan daya beli.
“Bila tidak diimbangi dengan kemampuan ibu memilah makanan bergizi
sesuai kemampuan, dapat berdampak terhadap asupan makan anak yang
mempengaruhi status gizinya,” imbuh Kirana.
Oleh karena itu, kata dia, ketersediaan pangan di rumah tangga dan
pengetahuan orang tua terhadap pemilihan bahan makanan bergizi dengan
harga yang terjangkau menjadi perhatian khusus






0 comments:
Post a Comment