Siapakah yang menjadi
tulang punggung perekonomian Indonesia, bahkan di kala krisis sekalipun?
Jika jawabanmu adalah korporasi besar dengan pegawai ribuan orang, atau
perusahaan multi nasional, maka salah besar. Yang jadi tulang punggung
nan kokoh dari perekonomian Indonesia adalah usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM).
Laporan dari Kementerian Koperasi dan UKM (2018) menyebut bahwa UMKM
berjumlah total 64,2 juta unit atau 99,99 persen dari total keseluruhan
pelaku usaha di Indonesia. Sisanya, perusahaan besar, hanya 5.550 unit
alias 0,01 persen. Gabungan UMKM di seluruh Indonesia ini menyerap
sekitar 97 persen tenaga kerja nasional dan berkontribusi sekitar 61,07
persen dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
Sedangkan dari laporan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia dan Bank
Indonesia, disebutkan bahwa 96 persen UMKM berhasil selamat dari banyak
krisis yang menumbangkan perusahaan-perusahaan besar. Ini termasuk
krisis moneter yang membuat banyak perusahaan raksasa hancur lebur.
Meski sudah terbukti menjadi tulang punggung perekonomian, perkembangan
UMKM juga nyatanya tak lepas dari banyak aral. Salah satunya ketika
datang krisis berupa pandemi yang membuat perekonomian dunia tiarap.
Protokol keamanan yang mengimbau orang-orang untuk tidak berkerumun dan
menjaga jarak, membuat banyak pembeli mengalihkan transaksi via daring,
alias online. Menurut hasil survei MarkPlus Inc, transaksi online
perdagangan ritel melonjak 6 kali lipat selama pandemi.
Masalahnya, tak semua UMKM melek industri digital. Mereka yang tak bisa
beradaptasi dengan pendekatan digital akan tergulung, kehilangan
pendapatan dan terpaksa menutup tirai. Bahkan bagi yang paham dunia
digital dan selama ini sudah melakukannya pun tak punya jaminan bakal
selamat dari krisis global ini. Mereka tetap harus kreatif dan inovatif
agar tak kalah saing.
“COVID-19 memiliki dampak signifikan bagi kehidupan dan mata pencaharian
masyarakat Indonesia,” ujar Airlangga Hartanto, Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian.
“Untuk itu dibutuhkan kerja sama yang solid dan partisipasi dari seluruh
elemen bangsa ini untuk bergerak maju dan bangkit sebagai kesaktuan.
Sektor swasta juga dapat memainkan peran penting dalam mendukung
pemulihan ekonomi,” imbuhnya.
Membangkitkan Ekonomi Lewat Digitalisasi
Grab Indonesia adalah salah satu perusahaan swasta yang mengambil peran
penting dalam mendukung UMKM memulihkan perekonomian Indonesia lewat
program kampanye #TerusUsaha. Dalam enam bulan ke depan, akan ada 5
(lima) beberapa inisiatif yang mereka lakukan.
Pertama adalah meningkatkan keterlihatan (visibility) dan permintaan
UMKM. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara memberikan ruang beriklan
di media sosial dan saluran digital Grab. Iklan yang ditayangkan pada
laman utama aplikasi Grab ini gratis. Selain itu, para UMKM ini juga
akan didukung oleh influencer media sosial yang bekerja sama dengan
Grab. Semua biaya dan sumber daya yang diperlukan UMKM untuk membuat
materi pemasaran akan ditanggung oleh Grab.
Upaya kedua, memberikan pelatihan keterampilan dan pertumbuhan bagi
bisnis kecil. Dengan program Upgrade Usaha Lokal, Grab akan memberikan
serangkaian program berupa pelatihan dan peningkatan keterampilan.
Seperti apa bentuknya? Grab bermitra dengan organisasi nirlaba Sahabat
UMKM untuk menyeleksi beberapa usaha kecil di Indonesia. Peserta yang
terpilih akan mengikuti program pelatihan gratis selama 2,5 bulan.
Di pelatihan itu, para pemilik usaha kecil, mikro, dan menengah akan
mendapatkan materi seperti business assessment yang fokus pada topik
legalitas, pemasaran, literasi keuangan, hingga daya saing produk;
product review; juga konsultasi.
Pelatihan ini diisi oleh para ahli yang sudah terbukti berpengalaman
dalam membangun bisnis dari kecil hingga jadi besar. Mereka, antara
lain, pemilik Anomali Coffee Irvan Helmi, Garniasih yang merupakan pakar
branding dari LAB.id dan juga pengajar dari DJKI Kemenkunham, juga
Hendy Setiono, pemilik Kebab Baba Rafi.
Para pemilik usaha kecil dapat mendaftarkan diri di microsite
www.grabforgood.id GrabForGood mulai 20 Juli 2020, sementara program
pelatihan dimulai pada awal Agustus 2020. Bagi yang belum tahu,
GrabForGood adalah microsite yang dibangun khusus untuk UMKM. Ia adalah
ruang lapang bagi jutaan UMKM yang ingin belajar soal pengembangan
bisnis, juga ingin menimba inspirasi dari kisah-kisah sukses dan ingin
bergabung dengan ekosistem digital Grab.
Inisiatif yang dilakukan oleh Grab ini berangkat dari kepedulian bahwa
87 persen bisnis kecil di Indonesia masih bergerak di tataran offline.
Karena itu, Grab merasa 87 persen pengusaha skala kecil ini harus
belajar memanfaatkan teknologi dan melakukan digitalisasi.
“#TerusUsaha adalah bagian dari komitmen GrabForGood yang bertujuan
memberikan akses teknologi, peningkatan keterampilan, dan layanan
digital,” ujar Ridzki Kramadibrata, Presiden Grab Indonesia.
Inisiatif ketiga dari kampanye #Terus Usaha adalah mengajak masyarakat
yang pendapatannya terdampak COVID-19 untuk bergabung sebagai agen
individu GrabKios. Dengan menjadi agen GrabKios, mereka bisa menawarkan
produk finansial dan digital, mulai dari pengiriman uang, pembelian
asuransi mikro, hingga pembayaran tagihan dan pulsa.
Sedangkan inisiatif keempat adalah bekerja sama dengan pemerintah daerah
untuk digitalisasi usaha kecil dan tradisional. Upaya ini sudah
berjalan di Makassar, Manado, juga Yogyakarta. Para penjual di pasar,
UMKM lokal, mendapat berbagai manfaat dari bekerja sama dengan Grab.
Mereka bisa mendapatkan biaya pengiriman khusus, harga khusus untuk jasa
pengiriman melalui GrabExpress, hingga belanjaan bisa dijual lewat
GrabAssistant.
Apa yang dilakukan Grab dalam memberdayakan pengusaha ini, juga apa yang
dilakukan di kancah gig economy ternyata berdaya ekonomi besar. Dari
riset yang dilakukan oleh Center for Strategic and International Studies
(CSIS) dan Tenggara Strategics pada Januari 2020, ditemukan bahwa gig
economy yang disokong oleh Grab memberikan peluang ekonomi bagi pekerja
informal yang mencapai 56,5 persen dari total tenaga kerja Indonesia.
Selain itu, mitra merchant GrabFood dan agen GrabKios merasakan adanya
peningkatan penjualan sebesar 35 persen dan 17 persen setelah bergabung
dengan Grab. Sekitar 12 persen mitra GrabFood mengatakan mereka
terinspirasi untuk memulai bisnis setelah bergabung dengan Grab. Secara
total, gig economy dari Grab berkontribusi sekitar Rp77,4 triliun bagi
ekonomi Indonesia 2019, meningkat 55 persen dari Rp48,9 triliun pada
2018. Selain itu, pada masa pandemi ini Grab berkomitmen membantu Rp260
miliar untuk memerangi penyebaran COVID-19 di Indonesia.
“Meski dihadang oleh ketidakpastian ekonomi, kami percaya bahwa kami
dapat turut berperan dalam membangkitkan ekonomi Indonesia lewat
digitalisasi UMKM melalui layanan seperti GrabFood, GrabKios, dan
GrabMart, sembari menciptakan peluang ekonomi lainnya bagi jutaan
wirausahawan mikro,” tutur Ridzki.
Inisiatif yang dilakukan oleh Grab guna membantu UMKM, sang tulang
punggung perekonomian Indonesia, ini memberikan setitik ruang terang
penuh harapan bagi perekonomian Indonesia. Saat ini, seperti apa yang
pernah dibilang John F. Kennedy, menyalakan lilin akan selalu lebih baik
ketimbang mengutuk kegelapan. Alih-alih mengutuk pandemi, lebih baik
berinisiatif melakukan kegiatan-kegiatan produktif untuk mendukung
ekonomi berjalan kembali.
Baca selengkapnya di artikel "Merayakan Daya Juang UMKM di Indonesia dengan #TerusUsaha", https://tirto.id/fRbb







0 comments:
Post a Comment