Oleh:
Dr. H. Dadang Yudhistira, S.H., M.Pd.
========≠===========
Shaum Ramadhan terbukti bukan hanya sebagai
bulan yang penuh rahmat, penuh barakah, penuh magfiroh, tetapi juga
menjadi bulan edukasi (syahru tarbiyah), bulan yang penuh dengan
nilai-nilai pendidikan. Namun, keutamaan bulan Ramadhan dengan
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya itu hanya bisa dirasakan
oleh orang-orang yang bertakwa.
Salah satu tujuan shaum Ramadhan adalah menjadikan kita semakin
bertakwa kepada Allah SWT, sebagaimana Al-Quran surah 2 Al-Baqarah: 183,
yang Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.”
Bagi orang-orang yang bertakwa, dan dengan shaum
Ramadhan menjadikan dirinya makin bertakwa akan banyak pelajaran yang
didapat. Selain shaum Ramadhan melatih kesabaran menahan berbagai hawa
nafsu, juga melatih diri untuk JUJUR alias tidak melaksanakan kecurangan
atau perbuatan maksiat lainnya, meskipun tidak ada orang yang melihat
atau mengetahuinya.
Ketika orang shaum Ramadhan, sebenarnya banyak
waktu, ruang dan kesempatan untuk makan dan minum di siang hari. Tetapi
mengapa tidak melakukannya?
Ketika orang shaum Ramadhan banyak waktu, tempat dan kesempatan untuk melakukan maksiat? Tetapi mengapa tidak melakukannya? Banyak orang yang bersabar menunggu waktu berbuka puasa, dan tidak ada yang berani mengurangi sedetikpun waktu untuk membatalkan puasanya, meskipun tidak ada orang yang melihat atau mengetahuinya. Demikian pula, banyak orang yang bertahan dan tidak mau menambah waktu di saat imsak tiba, meskipun tidak ada orang yang melihat atau mengetahuinya. Nilai-nilai pendidikan inilah yang menjadikan dirinya makin bertakwa, semata karena lillah dan semata karena takut kepada Allah SWT. Dan ada keyakinan pada dirinya, meskipun tidak ada orang yang melihat atau mengetahuinya, tetapi Allah SWT maha mengetahui apa yang dilakukan makhkuk meskipun hanya sebesar biji dzarrah.
Ketika orang shaum Ramadhan banyak waktu, tempat dan kesempatan untuk melakukan maksiat? Tetapi mengapa tidak melakukannya? Banyak orang yang bersabar menunggu waktu berbuka puasa, dan tidak ada yang berani mengurangi sedetikpun waktu untuk membatalkan puasanya, meskipun tidak ada orang yang melihat atau mengetahuinya. Demikian pula, banyak orang yang bertahan dan tidak mau menambah waktu di saat imsak tiba, meskipun tidak ada orang yang melihat atau mengetahuinya. Nilai-nilai pendidikan inilah yang menjadikan dirinya makin bertakwa, semata karena lillah dan semata karena takut kepada Allah SWT. Dan ada keyakinan pada dirinya, meskipun tidak ada orang yang melihat atau mengetahuinya, tetapi Allah SWT maha mengetahui apa yang dilakukan makhkuk meskipun hanya sebesar biji dzarrah.
Jika sikap dan nilai-nilai
yang dipetik dari hikmah shaum Ramadhan ini kemudian dipedomani dan
diamalkan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, bahwa Allah SWT selalu melihat apa yang
kita perbuat, maka diyakini bahwa perilaku koruptif dan kejahatan
korupsi di negeri ini akan hilang, atau tidak merajalela seperti yang
sekarang ini terjadi.
Pertanyaannya, mengapa perilaku koruptif dan
kejahatan korupsi di negeri ini tidak dapat ditumpas dan cenderung
merajalela?? Salah satunya karena orang tersebut tidak takut kepada
Allah SWT. Mereka berpuasa, ikut shaum Ramadhan tetapi tidak menerapkan
hasil pendidikan dan latihan selama shaum sebulan penuh di bulan
Ramadhan.
Korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime).
Korupsi menyebabkan kerugian besar untuk bangsa dan negara, serta
menyengsarakan rakyat, karena uang yang harusnya digunakan untuk
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat sesuai amanat konstitusi NKRI,
malah dinikmati untuk kemewahan dan kepentingan pribadi dan para
kroninya.
Korupsi merupakan perbuatan tercela dalam pandangan
agama. Tetapi, Mengapa perilaku koruptif dan kejahatan korupsi masih
saja ada? Ya, karena mereka tidak takut kepada Allah SWT meskipun saat
dilantik dan sumpah jabatannya mereka disumpah di bawah kitab suci,
dengan menyebutkan demi Allah saya bersumpah. Tetapi manisnya fulus,
menjadikan mereka tak lagi takut kepada Allah SWT dan TuhanNya.
Yang
disayangkan, adalah perilaku koruptif dan kejahatan korupsi di negeri
ini sudah merajalela ke semua lini. Korupsi saat ini, tidak hanya
terjadi di sektor pejabat eksekutif, tetapi juga sudah merajalela di
lingkungan legislatif dan yudikatif. Tidak sedikit menteri, gubernur,
bupati, walikota hingga pejabat di bawahnya yang tersandung korupsi.
Tidak sedikit anggota legislatif, anggota DPR, DPRD provinsi, atau DPRD
kabupaten kota yang tersandung korupsi. Tidak sedikit oknum penegak
hukum dan keadilan yang seharusnya menjadi wakil Tuhan dalam menegakkan
hukum, keadilan dan kebenaran, yang tersandung korupsi. Tidak sedikit
pengusaha yang tersandung korupsi. Korupsi di negeri ini sudah bagaikan
benang kusut atau penyakit kronis yang sudah sangat sulit diobati.
Karena hukum pun bisa dibeli dengan uang korupsi. Oknum penegak hukum
bisa disogok sehingga koruptor diperlakukan istimewa. Para koruptor
masih bisa tertawa lepas dan berwisata meski sedang dipenjara, karena
penegakkan hukum yang tidak berkeadilan, dan jenis hukuman yang
dibebankan kepada para koruptor yang sangat ringan dan banyak bonusnya.
Hukuman terhadap para koruptor di negeri ini tidak membuat efek jera.
Hukum terhadap para koruptor tidak menjadikan miskin, bahkan RUU
pemiskinan koruptor yang ada hingga kini belum dibahas, apalagi
disahkan. Ada apa?
Selain mereka tidak takut kepada Allah SWT,
perilaku koruptif dan kejahatan korupsi masih saja ada dikarenakan
penegakkan hukum yang masih lemah, tidak membuat koruptor jera, selain
masih banyak oknum penegak hukum yang tidak JUJUR.
Shaum Ramadhan
melatih kejujuran, tetapi sayang masih saja banyak orang yang tidak
JUJUR, sehingga perilaku koruptif dan kejahatan korupsi di negeri ini
masih merajalela.
Terdapat hubungan korelasional antara shaum Ramadhan dengan perilaku anti korupsi.
Hanya dengan istiqomah melaksanakan nilai-nilai shaum Ramadhan lah orang akan terhindar dari perilaku koruptif dan kejahatan korupsi. Ketika orang JUJUR dan meyakini bahwa Allah SWT selalu melihat kita, meskipun orang lain tidak melihat kita, maka korupsi tidak akan dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa.
Hanya dengan istiqomah melaksanakan nilai-nilai shaum Ramadhan lah orang akan terhindar dari perilaku koruptif dan kejahatan korupsi. Ketika orang JUJUR dan meyakini bahwa Allah SWT selalu melihat kita, meskipun orang lain tidak melihat kita, maka korupsi tidak akan dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa.
Penulis:
Dosen STIABI Riyadul Ulum Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda’wah Condong Tasikmalaya.
Dosen STIABI Riyadul Ulum Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda’wah Condong Tasikmalaya.
0 comments:
Post a Comment