Upaya yang dilakukan BI untuk melawan tekanan pada nilai tukar selama ini tidak signifikan.
» Sinyal suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama dari The Fed seiring dengan inflasi yang kembali naik.
JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve baru-baru ini memberi isyarat kalau biaya kredit kemungkinan akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, karena ekonomi AS masih bergulat dengan inflasi.
Sinyal kebijakan yang disampaikan petinggi The Fed itu, tentu akan berdampak pada perekonomian nasional terutama di sektor keuangan. Pernyataan tersebut dinilai akan menjadi sentimen negatif yang akan terus menekan nilai tukar rupiah akibat terjadinya pelarian modal (capital flight) dari pasar keuangan dan beralih ke aset safe heaven.
Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti yang diminta tanggapannya di Jakarta, Jumat (3/5) mengatakan, biaya kredit di AS akan semakin tinggi karena suku bunga Fed Fund Rate (FFR) terus naik.
Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian, investor mengalihkan portofolio ke aset yang aman, sehingga terjadi capital flight dari pasar negara-negara berkembang.
"Biasanya untuk menjaga capital flight Bank Indonesia (BI) akan terus menaikkan suku bunga," papar Esther.
Pilihan menaikan suku bunga acuan oleh BI merupakan solusi yang paling masuk akal karena minim risiko. Hal yang perlu diwaspadai adalah adalah peningkatan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan dan sektor bisnis yang lesu karena enggan mengajukan kredit bank jika bunga kredit bank terus naik.
Pada kesempatan lain, Manajer Riset Seknas Fitra, Badiul Hadi mengatakan, keputusan federal akan membawa dampak pada tekanan dollar atas rupiah semakin panjang lagi, dan itu akan menggerus strategi yang diterapkan Pemerintah dan Bank Indonesia (BI).
"BI perlu menyikapi keputusan The Fed, terutama untuk menjaga rupiah agar tidak terdepresiasi lebih dalam," kata Badiul.
Kebijakan seperti kenaikan suku bunga yang bisa menenangkan pasar, ketimbang triple intervention yang menghabiskan cadangan devisa seharusnya segera dikaji untuk diterapkan.
"Sentimen positif pasar harus dikelola BI agar rupiah kembali stabil," kata Badiul.
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengatakan, upaya yang diambil oleh BI dalam upaya untuk melawan tekanan pada nilai tukar selama ini tidak signifikan (setidaknya hingga awal Mei) karena tekanan eksternal yang cukup besar.
Ke depan, tantangan terbesar yang akan dihadapi oleh BI kemungkinan akan datang dari sisi nilai tukar. Meskipun ada beberapa tantangan dari sisi inflasi yang berasal dari harga pangan, tekanan inflasi diprediksi akan mereda dalam beberapa bulan mendatang seiring dampak El-Nino yang secara bertahap mulai turun dan periode libur musiman yang telah berlalu. Namun, ketidakpastian pasar keuangan global tetap berlanjut, didorong oleh sentimen high for longer yang berkepanjangan dan beberapa potensi eskalasi ketegangan geopolitik.
"Dalam hal ini, BI harus sangat waspada dalam menavigasi tekanan eksternal dan mengelola stabilitas rupiah. Hal ini menjadi sangat penting untuk memastikan stabilitas keuangan domestik, pertumbuhan sektor riil, dan kepercayaan terhadap kondisi ekonomi secara keseluruhan,"paparnya.
Penurunan Ditunda
Sebelumnya diberitakan, dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal pada Rabu (1/5) lalu menyebutkan bahwa kurangnya kemajuan menuju sasaran inflasi 2 persen dalam beberapa bulan terakhir, menjadi isyarat penurunan suku bunga akan ditunda hingga paruh kedua tahun ini.
"Kemungkinan akan memakan waktu lebih lama untuk mendapatkan keyakinan bahwa kita berada pada jalur yang berkelanjutan untuk menurunkan inflasi sebesar 2 persen," kata Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell dalam keterangan pers.
"Saya tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan," jelas Powell.
Sinyal suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama dari The Fed mengikuti data terbaru yang menunjukkan bahwa inflasi kembali meningkat, sebagian besar disebabkan oleh mahalnya harga bahan bakar, sementara perekonomian AS tumbuh lebih lambat pada kuartal pertama tahun ini dari perkiraan sebelumnya.
0 comments:
Post a Comment