JAKARTA KONTAK BANTEN Pakar antropologi politik University of Amsterdam, Belanda, Prof Ward Berenschot, menegaskan politik uang yang kian masif menjadi akar berbagai persoalan serius di Indonesia.
“Saya sudah memantau pemilu Indonesia sejak 2009. Saat itu praktik bagi-bagi amplop atau serangan fajar masih kecil-kecilan dan calon malu-malu. Tapi sekarang hampir semua calon yang diwawancarai mengaku tanpa uang tidak mungkin menang,” kata Ward dalam diskusi di FISIP Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Rabu (20/8).
Ward hadir dalam pemutaran film dokumenter Amplop Demokrasi karya Watchdoc Documentary yang mengangkat praktik politik uang di Pilkada 2024. Film tersebut didasarkan pada penelitian bersama 14 peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Menurutnya, ongkos politik yang mahal akibat maraknya praktik serangan fajar menjadi akar berbagai masalah lain, mulai dari korupsi, dominasi oligarki, hingga kerusakan lingkungan.
“Biaya politik mahal itu akar banyak problem,” tegas peneliti senior KITLV itu.
Ia mendorong masyarakat, terutama mahasiswa, untuk memahami dan meminimalkan politik uang, serta menuntut pemerintah serius melakukan reformasi sistem pemilu.
“Pemerintah harus tegas hapuskan praktik serangan fajar dengan perubahan sistem elektoral,” katanya.
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik Undip, Wijayanto, menilai politik uang sulit diurai karena semua pihak merasa terjebak.
“Masyarakat menerima amplop karena takut ditinggalkan pemimpin setelah terpilih. Politisi khawatir kalah, sementara pengusaha takut tak dapat keuntungan jika tidak mendukung,” ujarnya.
Dekan FISIP Undip, Dr Teguh Yuwono, menambahkan solusi utama ada pada penegakan hukum yang tegas.
0 comments:
Post a Comment