TANGERANG KONTAK BANTEN – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Tangerang menegaskan, fokus baru dalam pengembangan mutu pendidikan daerah, yakni memperbanyak sekolah inklusif. Hal itu sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara adil dan merata, tanpa membedakan kondisi kemampuan setiap anak.
Kepala Bidang SD pada Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Dilly Windu, mengatakan pihaknya tengah memprioritaskan pembentukan sekolah inklusif, khususnya pada jenjang sekolah dasar. Ia menjelaskan, bahwa sekolah inklusif merupakan sekolah yang menerima dan mengembangkan potensi semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti disleksia, ADHD, dan lainnya, untuk belajar bersama di ruang yang sama tanpa pembedaan.
“Kita buat sebanyak-banyaknya, seluruh SD di Kabupaten Tangerang baik negeri ataupun swasta, yang kurang lebih sebanyak 1.046 sekolah,” kata Dilly Windu kepada Satelit News, Rabu (3/12/2025).
Menurutnya, sekolah inklusif menjadi kebutuhan penting untuk meningkatkan kualitas SDM sejak dini. Banyak ABK yang sebenarnya dapat tumbuh normal, bahkan lebih cerdas dari anak lain, apabila mendapat pola pendidikan yang tepat. Dilly menuturkan, bahwa interaksi ABK dengan teman sebaya sering menjadi kunci percepatan perkembangan.
“Saya punya kisah, dari kisah nyata. Ada anak yang tidak bisa membaca dan sulit berbicara, tetapi ketika berbaur dengan anak-anak sebayanya malah jadi lebih cepat belajarnya. Bahkan sekarang menjadi anak yang cerewet,” ujarnya.
Untuk mendukung pelaksanaan sekolah inklusif, Dinas Pendidikan bersama Pemerintah Pusat telah menyiapkan pelatihan khusus bagi guru dan pendamping ABK. Saat ini sudah ada sekitar 500 guru atau pendamping, yang memperoleh sertifikat keahlian dasar dan siap ditempatkan di sekolah-sekolah inklusif.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Dadan Gandana, menambahkan bahwa Pemerintah Daerah juga mengambil langkah pencegahan terhadap potensi bullying di sekolah. Untuk itu, telah dibentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di seluruh sekolah, baik untuk melindungi anak berkebutuhan khusus maupun siswa lainnya.
“Untuk mencegah terjadinya bullying, khususnya kepada ABK dan anak-anak lainnya, kita juga telah membentuk TPPK di setiap sekolah,” tandasnya.
Dadan menjelaskan, bahwa TPPK merupakan kolaborasi beberapa OPD, termasuk Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, DP3A, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Tim ini tidak hanya ada di tingkat SD, tetapi juga diterapkan di seluruh sekolah dari jenjang SMP hingga SMA/SMK sederajat.
“Jadi TPPK ini tidak hanya di tingkat SD, tetapi di semua tingkatan sekolah. Tujuannya tentu untuk mencegah terjadinya bullying,” kata Dadan.
Selain itu, Dadan menuturkan, bahwa praktik ospek dengan unsur kekerasan kini sudah tidak lagi diterapkan. Masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) kini dikembalikan kepada tujuan awalnya, yaitu memperkenalkan lingkungan sekolah kepada para siswa baru, baik tingkat SMP maupun SMA, dengan pendampingan guru dan kakak kelas.







0 comments:
Post a Comment