Tangerang-Pilkada Gubernur Banten baru saja usai yang memunculkan pasangan
Wahidin Halim-Andika Hazrumy untuk siap-siap dilantik sebagai gubernur
dan wakil gubernur terpilih dalam waktu dekat ini.
Namun, kancah politik Kota Tangerang mulai dihangatkan dengan isu
bakal bertarungnya Walikota Tangerang Arief R Wismansyah untuk
melanjutkan kepemimpinannya, dan Wakil Walikota Sachrudin untuk
menggapai kursi Tangerang (T) satu, pada pemilihan kepala daerah
(Pilkada) serentak 2018 mendatang.
“Kalau saja pasangan itu tetap bersatu dalam Pilkada tahun depan, mereka adalah pasangan terkuat yang sulit digantikan, calon lain yang bakal muncul,” demikian pandangan mantan Wakil Walikota Tangerang, Deddy Syafei kepada Pos Kota, Selasa (11/4).
“Kalau saja pasangan itu tetap bersatu dalam Pilkada tahun depan, mereka adalah pasangan terkuat yang sulit digantikan, calon lain yang bakal muncul,” demikian pandangan mantan Wakil Walikota Tangerang, Deddy Syafei kepada Pos Kota, Selasa (11/4).
Bagaimana pun lanjut Deddy yang pernah juga duduk sebagai anggota
DPRD Kota Tangerang, masyarakat telah merasakan keberhasilan keduanya
dalam memimpin Kota Tangerang selama ini. Hanya saja, peta politik lokal
setempat nampaknya, memunculkan isu keduanya bakal jalan
sendiri-sendiri untuk menempati posisi sebagai T1 di tahun 2018.
Indikasinya adalah, posisi Sachrudin yang kini memiliki kendaraan
besar sebagai Ketua Partai Golkar Kota Tangerang, yang tanpa berkoalisi
pun, bisa mengajukan calon pasangannya sendiri. Sukses Golkar
memenangkan pasangan WH-Andika dengan telak di kota ini, bukan mustahil
mendorong mereka menginginkan kursi T1, dengan menyorong Sachrudin untuk
berhadap-hadapan dengan Arief.
Apalagi sudah terdengar isu, Arief mulai mencari kendaraan sendiri
untuk melanjutkan kepemimpinannya, yakni mendekati PDI Perjuangan.
Partai dua besar di kursi DPRD Kota Tangerang . “Salah satu kekurangan
Arief, memang belum memiliki ikatan kuat dengan partai politik
setempat,” sambung Deddy Syafei.
Namun Deddy menangkap kuatnya figur Arief yang bisa menjadi daya
tarik untuk dimanfaatkan partai untuk berkuasa di Kota Tangerang. Selain
memiliki kepercayaan masyarakat atas suksesnya memimpin Kota, Arief
dinilai memiliki daya dukung dengan latar belakangnya sebagai pengusaha,
dan politisi. Bagaimana pun sambung Deddy, Arief memiliki daya jual
kuat untuk didukung partai besar.
Sedangkan Sachrudin, meskipun memiliki dukungan Golkar, namun dinilai
masih memerlukan penguatan seabgai figur. “Sachrudin kan baru kali ini
ketokohannya sebagai figur politik muncul saat menduduki kursi Tangerang
dua,” ucap Deddy lagi. Sebagaimana diketahui, Sachrudin sebelumnya
adalah seorang aparat birokrasi dengan kedudukan terakhir sebagai
seorang camat.
Sementara itu sejauh ini, belum ada nama kuat muncul ke permukaan
untuk menantang kedua tokoh menuju kursi T1. Beberapa partai lain di
Kota Tangerang, seperti PAN, PKS, atau PPP dan lainnya, diperkirakan
hanya akan memunculkan kandidat sebagai wakil walikota, dengan mencari
gandengan kolusi.
Menurut Deddy, pertarungan menuju kursi T1 mendatang sangat
diperlukan figur yang kuat. “Partai kan diperlukan hanya sebagai
prasyarat undang-undang untuk memunculkan calon. Nantinya yang dipilih
masyarakat adalah figur yang menarik, dan diharapkan mampu membangun
kota,” katanya lagi.
Deddy pun menyarankan, agar Sachrudin lebih bersabar untuk menduduki
kursi T1. “Akan sangat menguntungkan bila Sachrudin kembali menjadi
pasangan Arief. Bila demikian, pada Pilkada berikutnya hampir bisa
dipastikan Sachrudin bisa melanjutkan posisi yang pasti akan
ditinggalkan Arief.”
Namun menurut Deddy, dalam kancah politik, apa pun bisa terkena jadi.
“Bisa saja karena desakan pihak DPD provinsi atau pusat, perang
dwitunggal pemimpin Kota Tangerang bisa terjadi,” sebut Deddy. Bila
demikian, maka persaingan politik di Kota Tangerang akan semakin
menarik.
0 comments:
Post a Comment