Sahabat, berikut ini kisah mengenai seseorang yang senantiasa ingin
menang dalam segala hal. Ia memang selalu menang, tapi sejatinya ia
adalah seorang pecundang! Bagaimana bisa demikian?
Di rumah, orang ini tak pernah mau kalah berdebat dengan istri dan
anaknya. Memang dirinya selalu menang telak setiap kali ada pertengkaran
dengan sang istri, tapi hal tersebut justru membuat sang istri membenci
suaminya sendiri.
Apalagi jika berdebat dengan sang anak, meskipun sang ayah selalu
menang, namun sang anak malah kehilangan respek terhadap ayahnya
sendiri.
Di kantor, ia pun tak pernah mau kalah argumen dari rekan kerjanya,
bahkan tak jarang ia juga menang debat melawan customer yang komplain.
Anehnya, meski ia selalu menang adu argumen, justru customer dan rekan
kerjanya banyak yang menjauh darinya.
Apa yang salah? Mengapa banyak yang membenci orang ini meskipun ia selalu menjadi pemenang?
Ya, tentu saja jawabannya karena pria ini selalu memenangkan egonya,
dan orang yang memiliki sifat egois alias hanya mementingkan diri
sendiri sesungguhnya takkan pernah bisa memenangkan hati manusia lain,
apalagi memenangkan keridhoan Allah!
Egoisme bisa dikatakan merupakan musuh bagi kita untuk menjadi pemenang sejati dalam hidup ini!
Nah, berikut ini beberapa kunci untuk menjadi pemenang di hadapan manusia dan di hadapan Allah, semoga bermanfaat:
1. Mendahulukan kepentingan orang lain
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai
untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa
kebaikan.” (HR. Bukhâri Muslim)
Sahabat, jika ingin menjadi pemenang sejati, baik di hadapan sesama
manusia maupun di hadapan sang Pencipta, kuncinya justru ada pada
kesediaan untuk ‘mengalahkan ego’ diri sendiri, dan mendahulukan
kepentingan orang lain.
Jika kita belum memiliki rasa cinta pada sesama muslim sebagaimana
kita mencintai diri sendiri, bisa dikatakan kita akan sulit untuk
melepas egoisme, sulit menjadi pemenang dalam hidup.
Ahmad, Ibnu Hibban, dan Abu Ya’la mengeluarkan pula hadits yang semakna dengan lafazh:
“Seorang hamba tidak dapat mencapai hakikat iman, hingga ia mencintai kebaikan untuk manusia seperti yang ia cintai untuk dirinya.”
“Seorang hamba tidak dapat mencapai hakikat iman, hingga ia mencintai kebaikan untuk manusia seperti yang ia cintai untuk dirinya.”
Jelas bahwa Islam tidak mengajarkan kita untuk menjadi seseorang yang
mau menang sendiri, karena itu justru sumber kekalahan sejati. Kita
diajarkan untuk mencintai dan memperlakukan orang lain sebagaimana diri
sendiri ingin diperlakukan.
2. Belajar menekan nafsu
“Sesungguhnya nafsu itu (selalu) menyuruh (cenderung pada) keburukan…” (Q.S.Yusuf: 53)
Sahabat, pernahkah mendengar kisah mengenai Umar bin Khatthab yang diam saja saat dimarahi istrinya?
Jika sang khalifah mau menuruti nafsunya, bukankah mudah baginya
untuk memarahi balik sang istri? Tapi beliau tak melakukan hal tersebut.
Ia menekan nafsunya dan justru diam mendengarkan omelan sang istri.
“Bagaimana aku bisa marah kepada istriku karena dialah yang mencuci
bajuku, dialah yang memasak roti dan makananku, ia juga yang mengasuh
anak-anakku, padahal semua itu bukanlah kewajibannya. Karena istriku,
aku bisa merasa tenteram (untuk tidak berbuat dosa). Maka, aku harus
mampu menahan diri terhadap perangainya.”
Subhanallah, inilah karakter pemenang sejati! Rela mengalahkan
egoisme untuk memenangkan hati orang sekitar dan tentu saja memenangkan
ridho Allah!
3. Hindari sikap suka membuat permusuhan!
“Orang yang paling dibenci Allah ialah orang yang paling suka bermusuhan.” (HR. Bukhari)
Sahabat, memiliki 1000 teman sesungguhnya masih kurang, namun
memiliki 1 orang musuh sesungguhnya sudah terlalu banyak! Mengapa
membuat permusuhan dengan manusia lain jika hal tersebut amat dibenci
oleh Allah?
Maka sebisa mungkin hindarilah permusuhan, baik dengan keluarga
sendiri, teman, rekan, bahkan dengan kenalan dan orang lewat sekalipun!
Jadikan diri kita sebagaimana Rasulullah, icon muslim yang menyebar
rahmat bagi semesta alam. Yang dicintai kawan dan disegani lawan karena
kebaikan akhlaknya.
Semoga Allah mengizinkan kita menjadi para pemenang sejati dalam
kehidupan ini, yakni orang yang dicintai oleh manusia, dan juga dicintai
olehNya. (SH)
0 comments:
Post a Comment