![]() |
4000 hektar lagi akan ditanam di 2018
|
LEBAK-Program upaya khusus (UPSUS) pertanian jagung di Kabupaten Lebak,
Banten, yang digulirkan Kementerian Pertanian tahun 2017 belum tercapai
dari target tanam seluas 30.000 hektare.
"Kita
hanya mampu merealisasikan tanam jagung seluas 26.000 hektare dan
sisanya seluas 4.000 hektare dilaksanakan tanam tahun 2018," kata Kepala
Seksi Padi dan Palawija Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distabun)
Kabupaten Lebak, Deni Iskandar saat dihubungi di Lebak, Selasa.
Penyebab
tidak tercapainya tanaman pertanian jagung seluas 30.000 hektare itu,
karena berbagai faktor antara lain adanya keterlambatan pendistribusian
benih kepada kelompok-kelompok tani.
Selain itu juga cuaca mengalami fluktuatif terkadang hujan juga terkadang kemarau.
Disamping itu juga kesiapan petani belum matang dalam melakukan pertanian jagung.
Sebab, umumnya petani di sini mengembangkan tanaman padi pangan.
Namun demikian, pihaknya pertanian jagung melalui bantuan upsus tersebut dinilai berhasil.
Produksi
jagung di Kabupaten Lebak hingga Desember 2018 di atas 7.000 ton,
sehingga bisa memenuhi permintaan pasar lokal maupun perusahaan peternak
unggas.
"Semua produksi jagung itu dipasok ke
sejumlah perusahaan ternak unggas juga sebagian lainya dipasok ke pasar
lokal," katanya menjelaskan.
Menurut dia,
pihaknya menargetkan sisa program upsus pertanian jagung seluas 4.000
hektare diharapkan Januari 2018 sudah bisa ditanam.
Apalagi, curah hujan diperkirakan meningkat sehingga kelompok tani secepatnya melaksanakan tanam pertanian jagung tersebut.
Sebab, program upsus pertanian jagung tahun 2018 di Kabupaten Lebak dilanjutkan oleh Kementerian Pertanian.
Program
upsus jagung guna memenuhi permintaan pasar untuk dijadikan bahan baku
makanan camilan juga kerajinan usaha kecil dan menengah (UKM).
Disamping itu juga kebutuhan perusahaan ternak karena bisa dijadikan bahan baku pakan unggas.
Oleh karena itu, produksi jagung tersebut mendapat jaminan dari perusahaan ternak unggas.
"Kami
minta petani terus mengembangkan dan memperluas pertanian jagung karena
pangsa pasar cukup prospektif dan bisa meningkatkan kesejahteraan
keluarga," katanya menjelaskan.
Deni juga
mengusulkan kepada pemerintah daerah agar bisa mengajukan permintaan
mesin pengering jagung atau box dryer berkapasitas 10 ton kepada
Kementerian Pertanian.
Saat ini, petani pascapanen kesulitan untuk melakukan pengering jagung karena tidak memiliki alat box dryer itu.
Pemerintah
daerah menunjuk kelompok tani Giri Mukti Desa Bulakan Kecamatan
Gunungkencana dijadikan daerah pengembangan usaha pertanian jagung
berbasis korporasi.
Pengembangan jagung di desa
itu difasilitasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga mendapat
bantuan kredit untuk penguatan modal dari BNI 46 dengan bunga relatif
kecil.
"Kami berharap ke depan usaha pertanian
menjadikan andalan ekoomi masyarakat sehingga bisa memutus mata rantai
urbanisasi ke luar daerah," katanya menjelaskan.
Ketua
Kelompok Tani Giri Mukti, Desa Bulakan, Kecamatan Gunungkencana,
Kabupaten Lebak H Wawan menyebutkan saat ini petani binaannya sebanyak
350 orang, dan menggarap lahan pertanian jagung seluas 700 hektare pada
lahan kawasan Perum Perhutani dengan sistem tumpang sari.
Petani
mengembangkan tanaman jagung guna meningkatkan produksi pangan di tanah
air sehubungan pemerintan menghentikan impor dari luar negeri.
"Semua
produksi jagung itu ditampung oleh perusahaan pabrik ternak unggas
Balaraja, Tangerang sesuai dengan kesepakatan berupa jagung pipilan
harganya Rp4.600/kg. Kami memperkirakan pendapatan petani bisa mencapai
Rp25 juta/hektare," katanya menjelaskan







0 comments:
Post a Comment