Teknologi komunikasi generasi kelima akan menjadi solusi bagi
bermacam industri dan level consumer. Dengan teknologi IoT terbaru,
bakal mendorong maraknya komunikasi pada jaringan 5G.
JAKARTA-Teknologi teknologi seluler Internet of Things (IoT), NB-IoT dan
Cat-M1 dipercaya mendorong maraknya penggunaan jaringan 5G yang akan
segera dikomersialisasi.
Dua standar yang telah dirilis oleh 3GPP tersebut membuat
perkembangan IoT semakin cepat, terutama pada bidang manufaktur,
energi,, utilitas, dan tentu saja sisi consumer. NB-IoT dan Cat-M1 yang
bekerja pada frekuensi berbeda ini memiliki kelebihan pada cakupan,
sistem keamanan yang handal, variasipenggunaan, dan efisiensi biaya.
Cat M1 adalah teknologi yang berfungsi dalam bandwidth 1,4 MHz
dsedangkan NB-IoT berjalan pada frekuensi 200 Khz. Cat M1 memunkinkan
pengaturan waktu dan pemberian sinyal dari waktu ke waktu yang mendukung
aplikasi yang memerlukan konsumsi daya rendah, dengan kecepatan unggah
rata-rata antara 200 kpbs dan 400 kpbs. NB IoT berfokus secara khusus
pada cakupan jarak yang lebih tinggi dengan biaya lebih rendah dan daya
tahan baterai lebih lama dari CAT M1, dan memungkinkan sejumlah besar
perangkat yang saling terhubung.
Studi Ericsson Mobility Report 2018 menyebutkan teknologiteknologi
seluler IoT baru yang masif seperti NB-IoT dan Cat-M1 menjadi pendorong
utama pertumbuhan ini, memberikan peluang bagi penyedia layanan untuk
meningkatkan efisiensi dan meningkatkan nilai pelanggan.
“Sejauh ini, operator seluler di seluruh dunia telah meluncurkan
lebih dari 60 jaringan IoT seluler menggunakan teknologi ini melalui
jaringan LTE dasar yang sama untuk mendukung berbagai penggunaan,” ujar
Executive Vice President dan Head of Business Area Network Ericsson,
Fredrik Jejdling.
Di AS teknologi IoT tersebut bakal marak dipakai untuk bisnis
logistik dan manajemen armada transportasi, sementara fokus di Tiongkok
akan dipakau untuk mendukung kota pintar (smart city) dan pertanian
pintar (smart agriculture).
Koneksi IoT seluler diperkirakan akan terus meningkat hingga nyaris
dua kali lipat dari November 2017. Perkiraannya akan mencapai 3,5 miliar
pada tahun 2023, terutama berkat implementasi besar-besaran di
Tiongkok. “Teknologi seluler IoT baru yang masif seperti NB-IoT dan
Cat-M1 menjadi pendorong utama pertumbuhan ini, memberikan peluang bagi
penyedia layanan untuk meningkatkan efisiensi dan meningkatkan nilai
pelanggan,” ujar Fredrik.
Dengan peluncuran 5G pertama secara komersial tahun ini membuat
penggunaan NB-IoT dan Cat-M1 bakal marak. Pada akhir tahun 2023,
langganan telepon seluler atau mobile subscription di Amerika Utara
untuk 5G diperkirakan akan mencapai hampir 50 persen, diikuti oleh Asia
Timur Laut sebesar 34 persen, dan Eropa Barat sebesar 21 persen. Secara
global, penyerapan 5G besar- besaran diharapkan mulai 2020.
Ericsson memperkirakan lebih dari 1 miliar langganan 5G untuk
meningkatkan pita lebar seluler pada akhir 2023, terhitung sekitar 12
persen dari seluruh langganan seluler atau mobile subscription.
Laporan Studi Ericsson Consumer Lab “Towards a 5G consumer future;
Six Calls to Action from consumers for operators to rethink mobile
broadband,” menyebutkan 84 persen pengguna smartphone di Indonesia
justru tertarik dengan layanan 5G, dan 54 persen di 4G.
“Kemudian, 64 persen pengguna ponsel pintar di Indonesia mengharapkan
mereka tidak perlu lagi membayar untuk setiap gigabyte yang dikonsumsi
di masa depan 5G,” ujar Presiden Direktur Ericsson Indonesia Jerry
Soper.
Jerry mengatakan ada prospek pendapatan yang signifikan bagi operator
Indonesia melalui penyebaran 5G, dengan nilai sebesar 30 persen ata
senilai 6 miliar dolar AS. Peluang terbesar untuk pendapatan operator
terkait 5G adalah di sektor manufaktur, energi, dan utilitas,” ujar dia.
0 comments:
Post a Comment