JAKARTA – Bakal calon wakil presiden
Sandiaga Salahuddin Uno mengaku tidak sepakat terkait adanya usulan
debat capres-cawapres menggunakan bahasa Inggris. Pasalnya, Bahasa
Indonesia dinilai lebih dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Saya rasa enggak perlu ya. Ini pendapat pribadi saya,
bahwa bahasa kita adalah Bahasa Indonesia. Bahasa yang dimengerti 100
persen oleh orang Indonesia,” kata Sandiaga di kawasan Bulungan,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (14/9/2018).
Menurut mantan wakil gubernur DKI Jakarta, Bahasa
Inggris hanya dikuasai oleh sebagian masyarakat khususnya kalangan
menengah keatas, sementara tujuan debat juga menyampaikan visi misi
pasangan capres-cawapres. Dikhawatirkan pesan tidak akan menjangkau
seluruh masyarakat jika menggunakan Bahasa Inggris.
“Bahasa Inggris ya ada yang mengerti, tapi kita kan ingin menjangkau seluruh rakyat Indonesia,” ujar dia.
Sandi, panggilan Sandiaga, tidak keberatan jika durasi
debat diperpanjang. Pasalnya, dia sudah terbiasa dengan debat yang cukup
panjang salah satunya ketika mencalonkan sebagai wakil gubernur DKI
Jakarta.
“Durasi saya pernah ikut pilkada, saya pernah ikut
debat, karena menurut saya yang dikhawatirkan debat itu jadi tempat
saling serang menyerang,” kata Sandi.
Pengusaha muda itu juga keberatan jika disebut sebagai
debat, lebih tepat adalah sumbang saran atau bertukar pikiran, ide dan
gagasan untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
“Kalau kita saling debat malah memperlebar kesenjangan
dan jarak antara satu kubu dengan kubu lain. Menurut saya mungkin
sarasehan atau urun rembug. Judulnya mungkin debat tapi disebelah sana
ada presiden yang kita hormati banget. Ada Pak Kiai, guru saya, mana
bisa kita ngedebat. Kita kan harusnya sumbang saran. Karena rakyat yang
akan menyaksikan,” tandas Sandiaga.
0 comments:
Post a Comment