BANDUNG - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan mendalami aliran
dana suap izin pembangunan megaproyek Meikarta yang diduga bisa saja
mengalir untuk pembiayaan Pilkada di Jawa Barat. Untuk itu secara
bertahap penyidik mendalami keterangan para saksi dan tersangka.
“Saya belum melihat itu, nanti penyidik yang akan melengkapi. Biasanya kami mendalaminya secara bertahap. Sehingga kami nggak bisa katakan tidak ada. Nggak boleh
juga kami katakan ada. Kami harus menunjukkan bukti-bukti,” kata Wakil
Ketua KPK, Saut Situmorang, di Bandung, Selasa (30/10).
Namun Saut tak ingin sesumbar bahwa ada aliran dana dari Meikarta
untuk pembiayaan Pilkada. KPK akan mendalami secara mendalam dari
keterangan para saksi dan tersangka yang sudah diamankan. Namun, jika
berkaca pada kasus korupsi yang berhasil diusut KPK, acapkali sering
berkaitan dengan proses Pilkada.
“Ada di Jabar juga ada alirannya (dana) ke sana, nggak usah nyebut wilayahnya. Tapi apakah nanti ada aliran ke sana (Pilkada), nanti yang kasus Bekasi kami dalami dulu,” kata Saut.
Menurut Saut, banyaknya tersangka yang terlibat dalam kasus dugaan
suap Meikarta dapat menjadi jalan dalam mengungkap aliran dana.
“Seperti apa sebenarnya kaitan peran setiap orang. Makanya KPK dalam
OTT sering mengatakan dan kawan-kawan. Kawan-kawan ini perlu waktu untuk
mengungkapnya,” katanya.
Mencari Bukti
Saut pun meminta agar media massa sabar dan meyakinkan bahwa KPK
pasti akan mencari bukti adanya dugaan aliran dana untuk Pilkada di
Jawa Barat. “Sabar saja dulu, pengertian dan kawan kawan serta peran
orang per orang seperti apa dalam setiap kasus, KPK akan mendalaminya,”
kata dia.
Bupati Bekasi nonaktif, Neneng Hassanah Yasin mengaku pernah bertemu
dengan petinggi Lippo Group James Riady. “Pernah-pernah, sudah,” kata
Neneng usai diperiksa di gedung KPK, Jakarta, Selasa.
KPK pada Selasa memeriksa Neneng Hassanah sebagai tersangka kasus
suap pengurusan perizinan proyek pembangunan Meikarta. Namun, Neneng
tidak menjelaskan secara rinci apakah pertemuannya dengan James itu
juga terkait dengan proyek Meikarta. “Secara umum saja,” ucap Neneng.
KPK pada Selasa memanggil James Riady sebagai saksi untuk sembilan
tersangka dalam penyidikan kasus suap tersebut. “Pak James itu kan CEO
Lippo yang membawahi Meikarta. Sudah barang tentu penyidik ingin
mengetahui, paling tidak kewenangannya itu apa saja dan batas-batas
kewenangannya apa saja,” kata Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan.
Dalam kasus itu, KPK telah menetapkan sembilan tersangka. Mereka
adalah konsultan Lippo Group masing-masing Taryudi (T) dan Fitra Djaja
Purnama (FDP), pegawai Lippo Group Henry Jasmen (HJ).
0 comments:
Post a Comment