JAKARTA – Potensi gempa tidak hanya ada di wilayah Surabaya dan
Madura, tapi juga di sebagian besar wilayah Indonesia. Kepala Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG), Dwikorita Karnawati,
mengatakan kondisi ini terjadi karena Indonesia berada dalam lingkaran
Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yang terbentuk oleh gerak lempeng
tektonik aktif.
“Cincin Api Pasifik adalah zona berbentuk tapal kuda dan menjadi zona
sabuk gempa paling aktif di dunia. Bukan hanya Indonesia, negara lain
seperti Jepang, Taiwan, dan Selandia Baru juga masuk dalam cincin api
pasifik tersebut,” kata Dwikorita dalam siaran persnya di Jakarta,
Minggu (21/10). Usai terjadi gempa di Indonesia beberapa waktu yang
lalu, banyak masyarakat yang mulai resah terkait fenomena alam ini.
Terlebih, beberapa pihak tak bertanggung jawab membuat dan
menyebarkan hoaks tentang potensi gempa di Indonesia. Salah satu yang
terbaru adalah kabar mengenai potensi gempa di Surabaya–Madura.
Dwikorita mengimbau masyarakat bersama pemerintah dan stakeholder lain
lebih baik proaktif mempersiapkan upaya mitigasi bencana dari pada
meributkan ramalan dan prediksi gempa.
“Lakukan aktivitas seperti biasa, jangan terpengaruh oleh isu-isu
yang diembuskan oleh pihak yang ingin membuat kegaduhan dan kecemasan,”
ujar Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada itu. Dwikorita mengingatkan
ada banyak mitigasi bencana yang bisa dilakukan. Pertama, edukasi
masyarakat tentang perlindungan dan keselamatan sebelum, saat, dan
setelah gempa bumi.
Kedua, membangun bangunan dan infrastruktur yang sesuai building
code. Ketiga, menetapkan tata ruang wilayah berbasis peta rawan bencana.
Keempat menyiapkan jalur evakuasi. Terakhir, membangun shelter untuk
evakuasi vertikal dari ancaman tsunami di daerah pantai.
Selain itu, Dwikorta menegaskan bahwa saat ini belum ada teknologi
yang bisa memprediksi datangnya gempa bumi. “Hingga saat ini belum ada
satu pun negara dan teknologi yang mampu meramalkan dan memprediksi
gempa bumi,” ucap Dwikorita.
Catatan Sejarah
Sementara itu, terkait potensi gempa di wilayah Surabaya dan Madura,
Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly, menjelaskan tentang peta
sumber dan bahaya gempa bumi di Indonesia 2017. Menurutnya, secara
geologis dan tektonik, wilayah Kota Surabaya dan Madura memang berada
pada jalur zona sesar aktif.
Dalam hal ini, wilayah Surabaya berada pada jalur zona sesar Kendeng.
Sedangkan Madura berada pada jalur zona sesar RMKS (Rembang, Madura,
Kangean, dan Sakala). Sadly menyebut, berdasarkan catatan sejarah
kegempaan (Visser 1922), jalur sesar Kendeng pernah memicu terjadinya
gempa bumi merusak di Mojokerto (1836,1837), Madiun (1862, 1915), dan
Surabaya (1867).
Di luar itu, sesar RMKS juga pernah memicu terjadinya gempa bumi
merusak di Rembang-Tuban (1836), Sedayu (1902), Lamongan (1939), Sumenep
(13 Juni 2018 dan 11 Oktober 2018). Meski menurut sejarahnya terjadi
beberapa aktivitas kegempaan di Surabaya dan Madura, Sadly meminta
masyarakat tetap tenang tapi waspada.
“Saya berharap masyarakat tetap tenang, namun waspada. Pemerintah
melalui BMKG terus memantau gempa yang terjadi di seluruh wilayah
Indonesia selama 24 Jam penuh setiap harinya,” tegas Sadly.
0 comments:
Post a Comment