Pengelolaan Anggaran - ULN Indonesia Mencapai 359,8 Miliar Dollar AS
|
JAKARTA - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia terus meningkat dan
mencapai 359,8 miliar dollar AS atau setara 5.253 triliun rupiah (pada
kurs 14.600 rupiah per dollar AS) pada akhir kuartal III-2018.
Berdasarkan asal kreditur ULN itu, Singapura menjadi negara pemberi
pinjaman terbesar, yakni sebesar 58,7 miliar dollar AS atau sekitar 857
triliun rupiah.
Ironisnya, dana warga negara Indonesia (WNI) yang ditempatkan di luar
negeri, termasuk di Singapura, dikabarkan mencapai ribuan triliun
rupiah. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa dana WNI yang disimpan di
luar negeri tersebut, masuk kembali ke Tanah Air menjadi ULN Indonesia.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Munawar
Ismail, mengatakan posisi Singapura sebagai negara pemberi ULN terbesar
untuk Indonesia, dengan porsi sekitar 16 persen, adalah sebuah ironi.
Sebab, dikabarkan banyak dana WNI yang disimpan di negara tetangga
tersebut.
“Harus kita akui, Singapura adalah pasar uang yang menarik dan cukup
besar di kawasan Asia Tenggara. Jadi, banyak dana beredar dan disimpan
di sana, baik dari Indonesia dan negara kawasan lainnya,” ujar dia,
ketika dihubungi, Minggu (18/11). Munawar memaparkan dana asal Indonesia
itu bisa terbagi menjadi dua kategori.
Pertama, dana legal dari keuntungan proses ekspor-impor yang sengaja
diparkir di Singapura karena berbagai alasan. Kedua, dana ilegal dari
beragam tindak kejahatan, seperti skandal Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI) atau korupsi lainnya. “Ini memang pintar-pintarnya
Singapura memberikan pelayanan kepada pemilik dana itu.
Namun, yang membuat kita mengelus dada dari fenomena ini adalah, kita
tahu banyak dana di Singapura yang berasal dari berbagai skandal di
Indonesia,” tukas Munawar. “Ini memang ironi, uang diambil dari kita,
disimpan di Singapura, kemudian dipinjamkan ke kita. Lalu yang menikmati
keuntungan Singapura,” imbuh dia.
Dana WNI di luar negeri memang tidak bisa diketahui dengan pasti
jumlahnya. Berdasarkan estimasi lembaga internasional, Tax Justice
Network, jumlah kekayaan WNI yang disimpan di luar negeri pada 2010
mencapai 331 miliar dollar AS atau sekitar 4.832 triliun rupiah.
Sementara itu, jumlah harta luar negeri yang diikutkan dalam program
pengampunan pajak (tax amnesty) periode Juli 2016 sampai Maret 2017
hanya sebesar 1.034 triliun rupiah. Pada 2016, Menteri Keuangan, Sri
Mulyani, mengungkapkan jumlah kekayaan WNI yang berada di Singapura
mencapai 200 miliar dollar AS atau setara 2.920 triliun rupiah pada kurs
saat ini.
Jumlah tersebut sama dengan 80 persen dari total harta kekayaan WNI
di luar negeri. “Studi sebuah konsultan international yang cukup
kredibel menjelaskan, dari 250 miliar dollar AS kekayaan orang-orang
dengan kekayaan sangat tinggi dari Indonesia di luar negeri, terdapat
sekitar 200 miliar dollar AS disimpan di Singapura,” kata Sri Mulyani.
Dari 200 miliar dollar AS kekayaan WNI di Singapura itu, sekitar 650
triliun rupiah dalam bentuk non-investable assets seperti properti.
Kebutuhan Likuiditas
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan hingga September 2018,
ULN Indonesia mencapai 359,8 miliar dollar AS. Rinciannya, utang
pemerintah dan bank sentral sebesar 179,2 miliar dollar AS, dan utang
swasta termasuk BUMN sebesar 180,6 miliar rupiah.
ULN Indonesia pada akhir kuartal III-2018 itu tumbuh 4,2 persen
(year-onyear/ yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal
sebelumnya yang sebesar 5,7 persen (yoy). “Perlambatan pertumbuhan ULN
tersebut bersumber dari melambatnya pertumbuhan ULN pemerintah, di
tengah- tengah meningkatnya pertumbuhan ULN swasta,” ungkap BI, dalam
siaran persnya, Jumat (16/11).
Menanggapi hal itu, Kepala Ekonom Bahana TCW Investment Management,
Budi Hikmat, menilai pilihan swasta berutang ke luar negeri bergantung
pada eksposur masing-masing terhadap kondisi kurs. Namun, naiknya ULN
swasta juga bisa jadi seiring dengan kebutuhan swasta terhadap
likuiditas. “Kalau ada proyek besar sendiri, swasta akan issue utang ke
luar negeri, karena biar bagaimanapun likuiditasnya lebih besar,” jelas
dia.
0 comments:
Post a Comment