![]() |
tiap lembaran perjalanan akan memberikan hikmah dan makna. |
Sedari dulu saya belajar bagaimana “membanting stir” dalam setiap
keadaan-keadaan buruk yang menimpa untuk digali hikmah dan maknanya.
Selama itu pula saya memahami bahwa setiap hal yang terjadi dalam hidup,
baik maupun buruk, manis maupun pahit, pasti ada makna yang mendasari
secara tersirat dalam proses pembentukan kematangan diri. Bertahun-tahun
saya bisa berjalan dalam segala tempaan hidup dengan berlandasan
keyakinan bahwa tiap lembaran perjalanan akan memberikan hikmah dan
makna.
Seperti saat ini, saya menghadiahkan jerih payah saya untuk
sedikit memberi sumbangsih di bagian kecil negeri ini. Hal yang
ditanamkan sangat sederhana namun luar biasa bagi saya, yaitu tentang
bagaimana menggali hal-hal positif di tengah permasalahan-permasalahan
yang ada. Saat semua orang berfikir tentang banyaknya kekurangan dan
keterbatasan dalam melakukan langkah maju, disitulah sebenarnya kita
dituntut untuk melihat sekecil-kecilnya potensi yang dimiliki dan
melangkah maju dengan potensi itu. Benar saja, kita tidak akan bergerak
kemana-mana jika terus-menerus merutuki kekurangan kita. Seperti yang
sering diungkapkan oleh salah satu tokoh di negeri ini, “daripada merutuki kegelapan, lebih baik kita menyalakan lilin”.
Perubahan pola pikir ini tentu tidak mudah, terlebih lagi
ketika kita berada di lingkungan orang-orang yang notabenenya banyak
mengeluh daripada menghargai apa yang ada. Sebagai contoh kecil, saat
saya meminta kepada beberapa pimpinan di sekolah-sekolah untuk
menceritakan tentang sekolahnya, yang mereka ungkapkan tidak jauh-jauh
dari keluhan seputar sarana prasarana yang tidak memadai, etika dan
moral siswa-siswi yang merosot, rekan-rekan kerja yang kurang
berkualitas, atau yang arahnya pada pendanaan-pendanaan yang tidak
sesuai. Padahal, jika kita bisa mengubah pola berpikir, berapa banyak
piala-piala yang berdiri dengan anggun dan angkuhnya di lemari kaca yang
tinggi di sekolah mereka, berapa banyak peserta didik yang penuh dengan
semangat datang untuk belajar, betapa memadainya whiteboard yang
bisa mereka goreskan dengan spidol tanpa harus berhubungan lagi dengan
debu dari kapur tulis, atau berapa banyak siswa-siswi yang melempar
senyum manis kepada mereka bahkan mendatangi mereka untuk mencium tangan
mereka.
Sebenarnya sah-sah saja berpikir tentang kekurangan yang
ada, tapi bukan berarti itu menjadi momok menakutkan untuk kita
memajukan diri. Bukankah yang lebih baik berpikir sesedikit mungkin
tentang hal buruk dan kekurangan, lalu galilah lebih banyak dari hal
positif yang bisa mendongkrak dan mendorong kita untuk lebih jauh
memperbaiki segala kekurangan yang ada di sekitar kita.
Secara pribadi sebenarnya dampaknya bisa saya rasakan
secara langsung. Saat saya berhasil mengubah pola berpikir, yang datang
dari dalam diri bukan melulu tentang rasa lelah, tertekan, depresi, dan
keputusasaan, melainkan sunggingan senyum yang lebih lebar di sela-sela
hari saya. Dan dengan itu, langkah saya lebih ringan untuk merubah
keadaan-keadaan buruk di sekitar untuk menjadi lebih positif. Memang
saya sadari sepenuhnya, hal ini tidaklah semudah menyeruput teh dingin
di dalam gelas, namun dengan pembiasaan yang kita lakukan, hal ini tentu
akan lebih mudah dijalani dan diterima oleh akal sehat kita.
0 comments:
Post a Comment