JAKARTA – Indonesia mesti mengakselerasi perbaikan kualitas sumber
daya manusia (SDM) guna mengangkat peringkat daya saing global,
sekaligus mengejar ketertinggalan dengan negara lain terutama di
kawasan Asia Tenggara.
Untuk memperbaiki kualitas SDM itu, pemerintah mesti lebih intensif
meningkatkan kinerja bidang pendidikan. Sebagaimana dikabarkan,
anjloknya peringkat daya saing Indonesia, terutama disebabkan oleh
rendahnya skor sejumlah pilar yang berkaitan erat dengan pendidikan,
yaitu pilar kemampuan inovasi dan adopsi Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK).
Pengamat pendidikan, Isa Ansori, mengemukakan kunci pembenahan daya
saing global adalah memperbaiki daya saing SDM nasional. Salah satu
caranya, pemerintah perlu memodernisasi sistem pendidikan yang selama
ini masih bersifat konvensional. Pendidikan berbasis penguasaan
teknologi tinggi dan inovasi perlu diperkuat untuk memenangi persaingan
global.
“Kita sering mengatakan masuk era revolusi industri 4.0, tapi pola
pendidikan kita masih 0.4. Perbaikan daya saing itu perlu kesungguhan
terutama dalam menapaki era teknologi, harus diseriusi dengan komitmen
menjadikan semuanya berbasis digitalisasi,” ujar dia, ketika dihubungi,
Jumat (11/10).
Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad, menambahkan sejumlah faktor
yang perlu diperbaiki di bidang pendidikan, di antaranya peningkatan
rata-rata lama sekolah serta keahlian tenaga kerja. “Perluasan akses
pendidikan wajar sembilan tahun menjadi 12 tahun, termasuk dukungan
pendanaan pada daerah-daerah tertentu, dan daerah tertinggal termasuk
pada beberapa provinsi di Indonesia timur,” ujar Isa yang juga anggota
Dewan Pendidikan Jatim.
Selain itu, terkait dengan keahlian tenaga kerja melalui pengembangan
vokasi, perubahan kurikulum pendidikan, peningkatan kompetensi, dan
sertifikasi. “Di sinilah pentingnya kualitas pendidikan,” papar Tauhid.
Sebelumnya dikabarkan, laporan The Global Competitiveness Report 2019
yang dirilis World Economic Forum (WEF) pekan ini menunjukkan,
peringkat daya saing Indonesia merosot lima peringkat dari 45 menjadi
50. Peringkat Indonesia kalah dari Singapura yang menduduki peringkat
pertama, lalu Malaysia di urutan 27, dan Thailand yang menempati posisi
ke 40.
Sementara itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengakui
kualitas SDM menjadi masalah fundamental sehingga daya saing Indonesia
tertinggal dengan negara tetangga di Asia Tenggara.
Guna memperbaiki kualitas SDM, lanjut dia, sebenarnya pemerintah
telah mengalokasikan 20 persen dari APBN untuk pendidikan. Tahun ini,
pemerintah menyiapkan 492,5 triliun rupiah untuk sektor pendidikan.
Alokasinya meningkat menjadi 508,08 triliun rupiah tahun depan.
Akan tetapi, Menkeu menilai pemerintah perlu mengevaluasi efektivitas
penggunaan anggaran pendidikan tersebut. Sebab, di tengah-tengah
peningkatan dana, peringkat daya saing Indonesia bukannya membaik,
malah merosot. “Sekarang pertanyaan yang sering muncul adalah dengan
anggaran yang segitu besar, kenapa kita tidak mampu mendapatkan hasil
yang lebih cepat dan lebih baik? Itu yang mungkin harus menjadi fokus
kami,” kata Sri Mulyani, Jumat.
Tanpa Inovasi
Sejumlah kalangan sebelumnya mengemukakan penurunan peringkat daya
saing global menunjukkan Indonesia kalah cepat dengan negara lain dalam
membenahi kebijakan pendukung kompetisi. Bahkan, kebijakan pembantu
Presiden sering kali justru memperburuk daya saing karena mengedepankan
ego sektoral, sehingga kementerian berjalan sendiri-sendiri, minim
koordinasi dan sinergi.
Selain itu, belum adanya kepastian hukum dan praktik bisnis kronisme
yang merajalela membuat investasi di Indonesia menjadi lebih mahal dan
tidak efisien. Akibatnya, investor enggan menanamkan modal.
Peneliti Perkumpulan Prakarsa, Irvan Tengku Harja, mengatakan
Indonesia harus segera berbenah dan mulai mengoptimalkan semua sumber
daya yang ada berbasis pada visi kemandirian dan keunggulan nasional.
“Saat ini, hilirisasi produk tersendat. Kemampuan inovasi juga
menjadi pilar daya saing yang paling tertinggal. Itu cermin dari
ketidakjelasan visi ekonomi kita karena selama ini enak-enakan saja,”
ujar Tengku.
0 comments:
Post a Comment