Abses payudara merupakan kondisi medis berupa benjolan yang terjadi karena penumpukan nanah. Penumpukan nanah ini disebabkan oleh infeksi yang menimbulkan rasa sakit dan nyeri pada dada.
Kondisi abses payudara umumnya terjadi pada wanita yang sedang menyusui dan berada di golongan usia antara 15 sampai 45 tahun.
Dalam beberapa kasus, abses payudara menjadi kondisi yang menandai adanya kanker payudara.
Selain terjadi pada wanita yang sedang menyusui, abses payudara juga bisa menyerang wanita dengan berat badan berlebih atau obesitas serta memiliki payudara berukuran besar. Kondisi ini semakin mungkin terjadi apabila wanita tidak menjaga kebersihan payudaranya.
Abses payudara bisa terbentuk apabila seseorang memiliki infeksi jaringan pada payudara yang disebut mastitis. Gejalanya akan muncul apabila mastitis tidak segera ditangani dengan cepat.
Mastitis yang terinfeksi akan memicu sumbatan pada kelenjar payudara. Akibatnya, nanah menjadi berkumpul, menumpuk, dan membentuk benjolan abses payudara.
Infeksi mastitis disebabkan oleh beberapa jenis bakteri, salah satunya adalah bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus. Selain itu, sumbatan kelenjar payudara juga mungkin saja terjadi karena adanya bekas luka pada payudara.
Penyebaran bakteri penyebab infeksi atau bekas luka umumnya terjadi saat wanita sedang menyusui. Bakteri tersebut dapat masuk melalui puting susu saat sedang menyusui, atau melalui retakan pada pada puting susu dan areola, yaitu area gelap di sekitar puting susu.
Saluran susu yang tersumbat juga dapat menyebabkan infeksi mastitis. Kondisi inilah yang lama-kelamaan akan berkembang menjadi abses payudara.
Abses payudara juga mungkin saja menyerang wanita yang sedang tidak menyusui. Beberapa faktor penyebabnya antara lain:
- Cedera payudara.
- Penindikan puting.
- Puting pecah-pecah.
- Operasi implan payudara.
- Memiliki diabetes atau masalah kekebalan tubuh.
Pasien abses payudara dapat mengonsultasikan kondisinya dengan dokter spesialis bedah Umum Spesialis bedah akan membantu mendeteksi kondisi abses payudara dengan melakukan wawancara medis mengenai benjolan yang dialami.
Selain itu, dokter juga mungkin akan menjalani serangkaian pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi abses payudara.
Salah satu tes fisik yang paling umum dilakukan adalah tes pencitraan dengan ultrasound atau USG untuk memindai payudara. USG ini mampu mengukur lokasi infeksi dan kedalamannya. Selain itu, USG bisa membantu mendeteksi apakah benjolan yang dialami merupakan mastitis, abses payudara, atau tumor.
Abses payudara biasanya dapat dikeringkan dengan jarum saat pemindaian. Cairan yang dikeringkan nantinya bisa dijadikan sampel untuk diuji laboratorium untuk masalah infeksi bakteri.
Selain USG, tes pencitraan lainnya yang juga mungkin dilakukan untuk mendeteksi abses payudara adalah mammografi dan biopsi payudara, yaitu pengambilan sampel jaringan pada benjolan di payudara untuk diuji laboratorium.
Dalam beberapa kasus tertentu, dokter mungkin akan melakukan
pemeriksaan lanjutan guna memastikan kondisi abses payudara pasien.
Pemeriksaan lanjutan tersebut berupa uji laboratorium dengan mengambil
sampel nanah atau ASI menggunakan suntikan.
Gejala Abses Payudara
Kondisi abses payudara dapat dikenali dengan melihat adanya benjolan di area payudara. Benjolan tersebut akan terasa lunak dan dapat bergerak-gerak saat disentuh.
Dalam beberapa kasus, abses payudara yang tumbuh di bagian dalam payudara akan sulit dideteksi dengan sentuhan atau penglihatan.
Setiap penderita abses payudara mengalami gejala yang berbeda-beda. Gejala setiap pasien tergantung pada tingkat kedalaman abses dan tingkat keparahannya. Gejala yang paling umum terjadi adalah:
- Nyeri otot.
- Pembengkakan atau benjolan di payudara.
- Demam yang tidak membaik dalam waktu tiga hari.
- Nyeri pada payudara yang terkena abses payudara.
- Muncul kemerahan yang hangat, nyeri, dan membengkak di payudara.
Setiap wanita menyusui dianjurkan untuk segera berkonsultasi pada dokter apabila merasakan gejala khusus abses payudara, seperti:
- Puting tertarik ke dalam.
- Keluar cairan yang bukan susu dari puting.
- Rasa nyeri pada payudara saat menyusui.
Ada banyak upaya yang bisa dilakukan oleh dokter untuk mengobati pasien dengan kondisi abses payudara. Beberapa upaya yang paling umum dilakukan adalah dengan memberikan obat antibiotik untuk dikonsumsi secara rutin.
Antibiotik berfungsi untuk mengobati infeksi yang menyebabkan abses payudara. Antibiotik ini akan menyerang bakteri dan meredakan gejala yang dialami pasien.
Pada beberapa kasus abses payudara yang cukup parah, pasien mungkin harus menjalani operasi pengangkatan nanah.
Pengeringan nanah dengan menggunakan jarum dan alat pemindai ultrasonik juga menjadi salah satu metode pengobatan yang cukup sering dilakukan. Metode ini dilakukan dengan menggunakan jarum yang ditusukkan beberapa kali ke benjolan untuk mengeluarkan nanah. Proses ini membutuhkan intensitas lebih dari satu kali.
Dalam menjalankan prosedur ini, dokter akan memberikan obat bius agar payudara dan puting susu menjadi mati rasa. Setelah nanah dikeringkan, abses akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu.
Pasien dengan benjolan abses yang cukup besar mungkin perlu diobati dengan operasi membuat sayatan kecil di payudara dan dengan drainase.
Pengobatan abses payudara berbeda-beda, tergantung tingkat kedalaman abses, gejala atau benjolan yang dialami pasien, dan metode pengobatan yang dianjurkan oleh dokter.
Untuk menghitung estimasi biaya pengobatan abses payudara di dalam atau luar negeri, tanyakan pada Smarter Health.
Abses payudara terjadi karena bakteri yang biasanya masuk melalui puting susu saat wanita sedang menyusui. Bakteri ini juga bisa terkumpul apabila kebersihan payudara tidak dijaga dengan baik.
Oleh sebab itu, salah satu upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan payudara. Selain berguna untuk mencegah infeksi yang menyebabkan abses, membersihkan payudara juga penting saat menyusui bayi. Menjaga kebersihan payudara termasuk dengan tidak menindik puting susu dan menghindari penyakit lainnya yang bisa memicu infeksi, seperti diabetes.
Selain itu, bagi wanita yang pernah mengalami cedera atau memiliki bekas luka di payudara, baik pada puting susu ataupun areola, sebaiknya lakukan pemeriksaan dan pengobatan secara rutin. Hal ini berguna untuk mencegah terkena infeksi dan abses payudara.
Pada wanita menyusui, ada beberapa upaya pencegahan yang bisa dipraktekkan, yaitu dengan:
- Selalu mencuci tangan sebelum menyusui.
- Tidak mengenakan bra atau pakaian yang ketat.
- Menyusui dengan dua payudara secara bergantian.
- Memastikan puting dan areola menempel sepenuhnya pada mulut bayi.Perawatan Pasien Abses Payudara di Rumah
Pasien abses payudara disarankan untuk banyak beristirahat di rumah sebelum kembali beraktivitas dengan normal untuk meredakan infeksi. Selain itu, konsumsilah air mineral sebanyak mungkin untuk meningkatkan cairan dalam tubuh.
Untuk mengatasi rasa nyeri dan gejala lain yang muncul, pasien bisa mengonsumsi obat-obatan yang bisa dikonsumsi sendiri di rumah, seperti obat paracetamol atau obat anti-infeksi yang tidak mengandung steroid. Bagi wanita yang sedang menyusui, konsultasikan obat paracetamol yang akan diminum pada dokter terlebih dahulu.
Selain itu, kompres dengan air dingin juga bisa membantu meredakan nyeri.







0 comments:
Post a Comment