JAKARTA - Sejak didirikan pada tahun 361H/975M, Al-Azhar Mesir selalu berada di garda terdepan dalam pendidikan dan pengembangan dakwah Islam yang moderat dan toleran . Pengaruh lembaga yang berdiri di masa kekuasaan Dinasti Fathimiah ini juga bukan hanya di Mesir, tapi juga di seluruh dunia.
“Maka tidak berlebihan jika Al-Azhar disebut sebagai benteng wasathiyyah Islam,” ungkap Mentri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam Webinar Peringatan 1.081 tahun Al-Azhar, Selasa (20/4/2021).
Webinar bertema ‘Peran Al-Azhar dan Ulamanya dalam Memperkuat Hubungan
Diplomatik Indonesia-Mesir’ ini digelar oleh Organisasi Internasional
Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia. Menag Yaqut menyambut baik
webinar yang diikuti secara virtual oleh ribuan alumni Al-Azhar di
Indonesia ini.
Menurutnya, bagi masyarakat muslim Indonesia,
Al-Azhar telah memberikan banyak inspirasi dalam mengukuhkan kehidupan
keagamaan yang moderat, berasaskan tradisi keislaman ahlussunah wal
jama’ah. Bahkan, lanjut Menag, karya-karya pemikiran ulama Al-Azhar
telah mewarnai pemahaman dan pergerakan keagamaan di tanah air jauh
sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbentuk.
“Pada tahun 1850 di Mesir telah dijumpai komunitas bangsa Indonesia yang ditandai dengan keberadaan Ruwaq Jawi di Masjid Al-Azhar,” ungkap Gus Menteri, sapaan akrabnya.
Tercatat pada masa itu, pendiri Pesantren Tremas, Kyai Abdul Manan
Dipomenggolo, kakek dari Syeikh Mahfuz Tremas, telah belajar kepada
masyayikh Al-Azhar.Di antaranya Syeikh Al-Azhar Ibrahim al-Bajuri.
“Secara geneologis, dari pesantren ini berkembang tradisi keilmuan
pesantren di berbagai wilayah Indonesia yang masih lestari hingga saat
ini,” lanjut Gus Menteri.
Saat ini bahkan wasathiyah islam yang
menjiwai Al-Azhar menurut Menag sejalan dengan konsep moderasi beragama
yang diusung Kementerian Agama. Menag pun memuji sikap yang dicontohkan
oleh Grand Syeikh Al-Azhar Syeikh Ahmad al-Thayeeb saat menandatangani
‘Dokumen Persaudaran Kemanusiaan untuk Perdamaian Dunia dan Harmoni
Kehidupan’ bersama dengan pemimpin tertinggi Katolik Dunia Paus
Fransiskus.
Bagi Menag, dokumen yang ditandatangani pada 4
Februari 2019 itu menjadi langkah inspiratif bagi kehidupan beragama di
dunia yang berlandaskan semangat toleransi dan menghargai keragaman.
“Upaya tersebut sangat relevan dan sejalan dengan upaya penguatan
moderasi beragama yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, dalam
hal ini Kementerian Agama,” ujar Gus Menteri.
0 comments:
Post a Comment