Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. |
JAKARTA- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meluruskan kabar akan terjadinya tsunami di Cilegon, Banten. Menurutnya, tsunami tersebut belum pasti terjadi.
Dia menjelaskan, BMKG hanya memetakan wilayah bahaya bencana. Soal akan terjadi tsunami hanya bagian skenario terburuk.
"Oh enggak. Itu peta, peta bahaya wilayah Indonesia ini kan pantainya kan banyak yang potensial tsunami, termasuk di Cilegon, jadi itu peta bahaya yang disusun duluan dengan skenario terburuk, jadi hanya untuk mitigasi saja," katanya saat ditemui di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Rabu (1/11).
"Jadi kemungkinan tidak terjadi juga, kita enggak ngerti, namanya juga mitigasi itu
Dia menyebut, bila skenario terburuk terjadi sudah disiapkan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya korban dan kerusakan dahsyat. "Sudah ada latihan-latihan juga di daerah Cilegon itu," ucapnya.
Dwikorita tidak mengetahui apakah akan terjadi tsunami di Cilegon. Tetapi dia mengakui sejumlah pantai di wilayah Indonesia berpotensi terjadi tsunami.
Seperti di pantai Barat Sumatera dari Aceh hingga Lampung. Kemudian, Selat Sunda, pantai Selatan Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara hingga pantai Selatan Papua.
"Itu kan Samudera Hindia itu rawan tsunami. Kemudian dari Samudera pasifik rawan tsunami, kemudian Selat Makasar juga, jadi seperti itu hal yang sudah banyak diketahui saya rasa sudah terlalu sering kita sampaikan juga," terangnya.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Dwikorita Karnawati mengungkapkan zona rawan tsunami di tengah cuaca
yang buruk. Wilayah tersebut adalah Cilegon, Banten yang berpotensi
tsunami hingga 8 meter.
"Kami berikan informasi zona yang rawan
tsunami misalnya di Cilegon Banten itu juga tempat wisata di Selat Sunda
dapat berpotensi skenario terburuk mengalami tsunami dengan ketinggian
hingga 8 meter," katanya dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR di
kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (1/11).
Dwikorita
menambahkan, ada tren pembentukan badai tropis yang semakin meningkat
hampir setiap Minggu. Menurutnya, badai tropis kembali muncul di sebelah
Barat Bengkulu yang bergerak relatif ke arah Tenggara.
"Dan masih mengantre ada dua calon badai tropis di sebelah Utara Indonesia," ungkapnya.
Dwikorita
mengungkapkan, diprediksi bulan-bulan Desember 2021 hingga
Januari-Maret 2022 akan terjadi peningkatan pembentukan badai badai
tropis. Hal ini dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap keselamatan
transportasi dan masyarakat terutama pada saat Nataru.
"Semoga saja selama Nataru nanti semuanya dapat berjalan dengan lancar dan selamat," pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment