Oleh : Tus Sholeh
Ketika seorang ayah melarang anaknya agar tidak kebut-kebutan
mengendarai motor, namun sang anak tak menggubris ayahnya. Seketika juga
satu peristiwa menghampiri : _anak kesayangannya didapati masuk ICU
rumah sakit akibat kecelakaan yang disebabkan anaknya terlalu mengebut
dan menabrak sebuah pohon._
Apa hikmah musibah
ini? Seorang ayah yang sabar, tabah dan tawakkal akan menyampaikan
kepada anaknya bahwa kecelakaan ini faktor kelalaian dia. Padahal sang
ayah sudah memberikan peringatan kepadanya untuk tidak kebut-kebutan.
Tapi sang anak tetap bandel, ngeyel, melawan dan tidak taat ayahnya.
Ya,
begitulah peringatan atau bahasa Alqurannya "tadzkiroh" sebagai bentuk
suatu alarm bagi insan agar tidak melabrak batas yang telah ditetapkan.
Peringatan adalah sebuah nasihat dan lahir dari rahim kontrol diri. Ada
batas dan sekat yang bilamana kita menabraknya, beresiko terjadinya hal
berbahaya yang akan menimpa.
Banjir yang
melanda sebagian besar wilayah Serang Banten secara lahiriyah memang
akibat curah hujan tinggi. Selama dua hari Kota dan Kabupaten Serang
diguyur hujan lebat. Eksesnya Sungai Cibanten tak dapat menampung debit
air, sehingga banjir melanda ibukota Propinsi Banten.
Namun
sebagai orang beriman, kita diajari untuk tidak sekadar melihat musabab
fisik belaka. Justru orang mukmin senantiasa melihat faktor utama
setiap kejadian dipandang melalui kacamata batiniyah yang bersifat
transendental. Kondisi metafisika ini dirangkum oleh satu kalimat indah :
_pasti ada hikmah di balik musibah._
Seumur
hidup penulis semenjak lahir, kecil, dan dibesarkan di tanah Banten
dengan pelbagai cerita pitutur "kokolot" bahwasanya belum pernah rasanya
terjadi tempat keramat dan suci maqbaroh Sultan Banten di kawasan
Masjid Agung Banten Lama dilanda kebanjiran. Karomah waliyullah menjadi
satu kunci pitutur itu mengudara. Ihwal Banten adalah tanah ulama,
jawara, dan kesohor sebagai tempat lahirnya waliyullah agung menguatkan
kisah ini. Pasca bencana besar meletusnya gunung krakatau tahun 1883,
Kawasan sakral Kesultanan Banten nyaris tak terdengar dari kisah pilu
bencana.
Namun hari Rabu, 02 Maret 2022,
sejarah tercipta karena untuk pertama kali kawasan Banten Lama tak dapat
menghindar dari bencana banjir. Sekali lagi ini versi pitutur, belum
pernah terjadi sebelumnya area pemakaman sultan Banten dilanda banjir.
Terlepas
dari versi pititur atau mungkin ada fakta dan data sejarah yang belum
terdengar sebelumnya, semua yang terjadi adalah kehendak Allah swt.
Dan
apakah ini juga petanda karomah para waliyulloh di Banten mulai luntur?
Pertanyaan ini tentu tak relevan terutama jika dikomparasi dengan
peristiwa banjir yang juga pernah melanda tanah suci mekkah khususnya
Masjidil Haram hingga sempat nyaris menenggelamkan bangunan ka'bah.
Artinya, kehendak Allah di atas segalanya.
Allah menyebutkan di dalam firman-Nya:
سَنُرِيهِمْ
آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ
أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
شَهِيدٌ
Artinya: “Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada
diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu
adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Rabbmu menjadi saksi,
atas segala sesuatau?” (QS Fushshilat/41: 53).
Dari ayat ini
kita belajar bahwa bencana alam merupakan peringatan (tadzkirah) dari
Allah untuk kita hayati agar kita kembali bertaubat dan bertakwa
kepada-Nya.
Selain itu, ada sisi lain yang dapat ditemui saat
bencana tiba, yakni bencana alam akan selalu mengetuk pintu hati
orang-orang yang telah lalai dari beribadah kepada Sang Pencipta, yang
biasanya tenggelam mencintai dunia.
Kemudian juga bencana mengajari manusia tentang keluhuran nilai kesetiakawanan sosial.
Sesuai
dengan ajaran Islam dan jiwa masyarakat Indonesia yang pancasilais,
gemar menolong jika terjadi bencana di suatu daerah, sehingga
berbondong-bondonglah masyarakat memberikan bantuannya. Ada yang
langsung terjun ke lapangan melakukan evakuasi dan renovasi seperti oleh
para relawan kemanusiaan. Ada yang turun ke jalan-jalan menarik
sumbangan, dan ada yang kirim bahan makanan siap saji dan pakaian yang
diperlukan.
Pada ayat lain Allah Swt berfirman:
وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ
Artinya:
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS Asy-Syura/42: 30).
Secara
tersirat ini menunjukkan bahwa banyak di antara kita yang menjadi
penyebab musibah turun. Keserakahan, monopoli, rakus, korupsi, dan
utamanya maksiat di antara kerusakan yang nampak dan dimaksud ayat itu.
Tak usah disembunyikan lagi bahwa faktanya kemaksiatan memang sudah
terang benderang, tak malu-malu lagi di hadapan kita dengan berbagai
aktivitas-aktivitas dunia malam, minuman keras, atau perzinahan yang
kerap terjadi di Kota dan Kabupaten Serang.
Di
akhir tulisan, ada kisah pelajaran dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz
saat memerintahkan kepada kaum Muslimin, ketika terjadi sebuah gempa
bumi di negeri Syam. Ia menyeru kepada umatnya, “Keluarlah, dan barang
siapa di antara kalian yang mampu bersedekah, hendaklah dia
melakukannya”.
Lalu Umar bin Abdul Aziz membacakan Surat Al-A’la ayat 14-15:
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰىۙ – وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهٖ فَصَلّٰىۗ
Artinya:
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan
mengingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.” (QS Al-A’la/87: 14-15).
Wallahua'lam.
_(Penulis adalah warga Serang Banten)_
0 comments:
Post a Comment