RISALAH KEPEMUDAAN — Di antara gambaran diri seorang pemuda adalah fisik prima, tenaga kuat, semangat membara, serta daya pikir luas. Kita tidak dapat memungkiri bahwa tidak sedikit profil pemuda saat ini jauh dari gambaran sejatinya tersebut.
Tidak sedikit dari mereka yang mengalami krisis daya juang. Sebagian enggan hidup dalam kepayahan, sebagian harus hidup laksana sapi perah, dan sebagian lagi ada yang memilih jalan sesat menjadi generasi “melambai”, bahkan sampai ada yang harus hidup ngenes akibat mental illness.
Pada intinya, mereka semua tengah tertimpa krisis jati diri. Mereka terombang-ambing dan ikut arus begitu saja tanpa mampu melepaskan diri. Krisis jati diri tersebut sejatinya akibat semesta kehidupan yang serba bebas dan serba boleh yang menjadikan kehidupan kehilangan pegangan dan standar hakiki.
Pada saat yang sama, mereka disebut produktif, tetapi atas standar duniawi. Mereka disebut tangguh, tetapi sebenarnya jadi buruh. Sungguh, mereka adalah korban kezaliman sistem kehidupan penghamba harta, yakni kapitalisme.
Asal tahu saja, berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 272,23 juta jiwa pada Juni 2024. Dari jumlah tersebut, sebanyak 236,53 juta jiwa (86,88%) beragama Islam. Per 30 Juni 2022 (Semester I 2022) Indonesia didominasi oleh penduduk kategori produktif (usia 15—64 tahun) sebanyak 190.827.224 jiwa (69,30%). Penduduk kategori usia muda/remaja (0—14 tahun) mengisi sebanyak 67.155.629 jiwa (24,39%).
Lihatlah potensi besar tersebut. Betapa negeri ini akan layak diperhitungkan di kancah percaturan dunia internasional karena potensi pemudanya. Terlebih dengan jumlah besar mereka sebagai bagian kaum muslim, tentu perubahan dunia menjadi lebih baik dengan Islam bukanlah sekadar wacana.
Sebaliknya, ketika kita membiarkan ideologi kapitalisme terus menerus meracuni kaum muda muslim, pada titik inilah sejatinya tengah terjadi pembajakan dan penyesatan potensi pemuda muslim secara massal dan sistemis. Akibatnya, produktivitas dan ketangguhan pemuda muslim justru tidak ubahnya bahan bakar bagi mesin ekonomi kapitalisme.
Jelas hal ini tidak bisa ditawar lagi. Pemuda muslim butuh perubahan jati diri detik ini juga. Produktivitas dan ketangguhannya tidak akan sia-sia jika digunakan untuk perjuangan membela agama Allah. Tidak pelak, visi besar penggemblengan mereka sebagai bibit generasi unggul pun hanya bisa berdasarkan aturan Allah.
Allah Taala berfirman, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, ‘Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.’.” (QS Al-Kahfi [18]: 13—14).
Allah juga telah menjamin standar kesuksesan generasi muslim dalam ayat, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran: 110).
Tidak terbantah lagi, profil generasi muda muslim yang produktif dan tangguh adalah mereka yang menghendaki menjadi terbaik menurut standar Allah, yakni terikat dengan aturan Islam.
Para pemuda itu adalah orang-orang yang berkepribadian Islam (memiliki pola pikir dan sikap Islam). Denyut nadi kehidupan mereka tercurah sepenuhnya untuk membela Islam. Keseharian mereka kental dengan aktivitas dakwah. Mereka berdaya juang, beretos kerja prima, pemberani, berkarakter pemimpin, serta mampu mencapai ikhtiar terbaik dan tawakal tertinggi demi kemuliaan Islam dan kaum muslim.
Tentu saja, untuk menjadikan pemuda muslim produktif, tangguh, bahkan mampu meraih gelar umat terbaik itu, tidak cukup dengan upaya individu ataupun keluarga. Harus ada lingkungan masyarakat yang sehat dan negara yang tidak disetir oleh kezaliman dan kepentingan para kapitalis melalui ideologi sekulernya.
Sungguh, inkubator untuk menghasilkan profil generasi muda muslim yang produktif dan tangguh hanyalah negara Islam, Khilafah. Wallahualam bissawab.
Penulis: Nindira Aryudhani, S.Pi., M.Si.
0 comments:
Post a Comment