SERANG-Pekerja migran atau tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Provinsi
Banten berkontribusi besar terahadap perekonomian. Setidaknya, hingga
Agustus 2017 terdapat remitasi (transfer uang) Rp3,5 triliun dari
pekerja migran.
“Ini berdampak besar pada kemajuan perekonomian di Banten,” kata
Andika Hazrumy, Wakil Gubernur Banten saat menghadiri silaturahmi
pekerja migran Indonesia di GOR Maulana Yusuf, Kota Serang, Kamis
(14/12/2017). Silaturahmi terselenggara bersama Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) yang
dihadiri langsung oleh kepalanya, Nusron Wahid.
Menurut Wagub, berdasarkan data penempatan tenaga kerja migran
Indonesia asal Banten tahun 2011 sampai dengan 2016 yang ada di BNP2TKI,
penempatan tenaga kerja yang berasal dari Provinsi Banten pada tahun
2011 mencapai 27.576 pekerja, tahun 2012 sebanyak 10.853 pekerja, tahun
2013 sebanyak 13.244 pekerja, tahun 2014 sebanyak 9.720 pekerja, tahun
2015 sebanyak 4.270 pekerja dan tahun 2016 sebanyak 2.087 pekerja.
Karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten menyambut baik
program Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI) yang memberikan peningkatan keterampilan (upgrading
skill) untuk meningkatkan kualitas, kemampuan dan kompetensi calon
pekerja di sejumlah negara. Para pekerja luar negeri (migran) asal
Indonesia mendapatkan pekerjaan yang bermartabat di luar negeri.Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumy mengungkapkan, akan terus
mendukung kebijakan pemerintah pusat dengan berbagai inovasi terkait
perbaikan pelayanan pekerja migran Indonesi, termasuk di antaranya
program meningkatkan kualitas, kemampuan dan kompetensi dari calon
tenaga kerja Indonesa (TKI) melalui pelatihan.
Pemprov Banten pun melakukan berbagai program dalam pembinaan dan penempatan tenaga kerja luar negeri. Di antaranya Pemprov Banten memonitoring dan mengevaluasi penempatan pekerja migrasi asal Banten. “Memfasilitasi, pelaksanaan perjanjian kerjasama bilateral dan multirateral penempatan tenaga kerja hingga fasilitasi kepulangan tenaga kerja di pelabuhan debarkasi di wilayah provinsi,” katanya.
Kepala BNP2TKI, Nurson Wahid mengungkapkan bahwa pihaknya akan melepas sebanyak 715 orang calon pekerja migran Indonesia lulusan upgrading skill. Tahun 2017 program upgrading skill diselenggarakan di tujuh wilayah sektor yakni BP3TKI Jakarta, BP3TKI Bandung, BP3TKI Semarang, BP3TKI Yogyakarta, BP3TKI Bali, LP3TKI Surabaya dan BP3TKI Mataram.
“Kemampuan kerja atau hard skill tenaga kerja dari Indonesia sudah baik dan terkenal di tingkat dunia, namun ada satu hal yang kurang yaitu selalu kalah dari sisi soft skill yaitu kemampuan bahasa asing khususnya bahasa Inggris misalnya, untuk itu perlu dipersiapkan dengan matang sebelum berangkat bekerja ke luar negeri,” ujar Kapala BNP2TKI, Nurson Wahid.
Dia mengungkapkan, sesuai data BNP2TKI pekerja di sektor terampil meningkat 45-50 persen dibandingkan 10-20 tahun yang lalu, yang 100 persen pekerja adalah pembantu rumah tangga. Tahun 2017, pekerjaan pembantu rumah tinggal 55 persen dari jumlah seluruh TKI. Pekerja migran Indonesia terbagi di kapal pesiar, chef, tukang las, hotel, restoran dan sebagainya. “Ini menandakan kualitas tenaga kerja kita meningkat. Perawat Indonesia mendominasi di dunia berada di urutan nomor ketig. Sebenarnya, posisi pekerja perawat kita bisa nomor satu. Namun hal ini tidak terjadi karena perawat Indonesia terkendala pada kemahiran berbahasa asing dan sertifikat keperawatan Indonesia belum diakui di internasional,” kata Nusron Wahid.
Pemprov Banten pun melakukan berbagai program dalam pembinaan dan penempatan tenaga kerja luar negeri. Di antaranya Pemprov Banten memonitoring dan mengevaluasi penempatan pekerja migrasi asal Banten. “Memfasilitasi, pelaksanaan perjanjian kerjasama bilateral dan multirateral penempatan tenaga kerja hingga fasilitasi kepulangan tenaga kerja di pelabuhan debarkasi di wilayah provinsi,” katanya.
Kepala BNP2TKI, Nurson Wahid mengungkapkan bahwa pihaknya akan melepas sebanyak 715 orang calon pekerja migran Indonesia lulusan upgrading skill. Tahun 2017 program upgrading skill diselenggarakan di tujuh wilayah sektor yakni BP3TKI Jakarta, BP3TKI Bandung, BP3TKI Semarang, BP3TKI Yogyakarta, BP3TKI Bali, LP3TKI Surabaya dan BP3TKI Mataram.
“Kemampuan kerja atau hard skill tenaga kerja dari Indonesia sudah baik dan terkenal di tingkat dunia, namun ada satu hal yang kurang yaitu selalu kalah dari sisi soft skill yaitu kemampuan bahasa asing khususnya bahasa Inggris misalnya, untuk itu perlu dipersiapkan dengan matang sebelum berangkat bekerja ke luar negeri,” ujar Kapala BNP2TKI, Nurson Wahid.
Dia mengungkapkan, sesuai data BNP2TKI pekerja di sektor terampil meningkat 45-50 persen dibandingkan 10-20 tahun yang lalu, yang 100 persen pekerja adalah pembantu rumah tangga. Tahun 2017, pekerjaan pembantu rumah tinggal 55 persen dari jumlah seluruh TKI. Pekerja migran Indonesia terbagi di kapal pesiar, chef, tukang las, hotel, restoran dan sebagainya. “Ini menandakan kualitas tenaga kerja kita meningkat. Perawat Indonesia mendominasi di dunia berada di urutan nomor ketig. Sebenarnya, posisi pekerja perawat kita bisa nomor satu. Namun hal ini tidak terjadi karena perawat Indonesia terkendala pada kemahiran berbahasa asing dan sertifikat keperawatan Indonesia belum diakui di internasional,” kata Nusron Wahid.
0 comments:
Post a Comment