![[Bintang] Ilustrasi mahasiswa](https://cdn1-a.production.images.static6.com/WGejOj8Pm094dp_nLXe-eHKP998=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1229174/original/031844900_1462904122-bidik3.jpg)
Fasilitas biaya pendidikan gratis menjadi bentuk bantuan
pemerintah yang banyak didapat penduduk negara maju. Mereka yang tinggal
di Prancis, Jerman, Denmark dan Swedia sudah kenal betul akan hal ini.
Bahkan ada negara yang rela menanggung semua biaya pendidikan di
tingkat Universitas. Akhirnya, para mahasiswa pun bisa lulus tanpa
memiliki utang sama sekali.
Meski demikian, ada fakta tersembunyi di balik subsidi pembiayaan
pendidikan oleh pemerintah negara maju ini. Berikut ulasannya dilansir
dari Business Insider, Rabu (25/10/2018):
1. Prancis
Universitas negeri di Prancis memberlakukan biaya pendidikan gratis
bagi mahasiswanya. Namun subsidi tersebut belum termasuk asuransi
kesehatan sebesar US$ 237 yang harus dibayarkan.
Ditambah biaya hidup di Prancis juga tinggi. Walau mahasiswa di sana
bisa menikmati pendidikan tanpa memikirkan biaya, banyak mahasiswa di
Prancis yang tetap harus bekerja paruh waktu demi mendapat uang untuk
kebutuhan sehari-hari.
Alhasil, ini akhirnya berpengaruh pada lama masa studi beberapa mahasiswa. Tak jarang, mereka pun harus lulus lebih lama.
2. Jerman
Meski pendidikan tinggi di Jerman tidak sepenuhnya gratis, biaya
kuliah di negara ini termasuk salah satu yang termurah di dunia. Tapi
tetap ada tantangan yang harus mahasiswa hadapi saat berkuliah di negara
ini.
Menurut penuturan salah satu penduduk di sana, rasio antara dosen dan
mahasiswa sangatlah besar. Akibatnya, mahasiswa memiliki jadwal kelas
yang lebih sedikit dan waktu terbatas untuk bertemu dosen.
3. Denmark
Semua penduduk Denmark memiliki kesempatan yang sama untuk duduk di bangku perkuliahan. Inilah mengapa pembiayaan kuliah di negara ini seluruhnya gratis.
Kebijakan ini tentu mendatangkan efek tersendiri. Pendidikan yang gratis akhirnya membuat jumlah "mahasiswa abadi" di negara ini meningkat. Istilah ini mengacu pada orang yang tidak pernah menyelesaikan kuliahnyanya namun terus terus mengubah program studi dari tahun ke tahun.
4. Swedia
Sama seperti tiga negara di atas, pemerintah Swedia juga memberi subsidi penuh bagi warganya yang ingin meneruskan pendidikan ke tingkat universitas. Hal ini tentu memberi keleluasaan sendiri bagi penduduk.
Mereka tidak terbebani untuk menyelesaikan gelar sarjananya dengan cepat karena masalah finansial. Rata-rata, penduduk Swedia mulai masuk dunia kerja di usia yang cenderung terlambat. Ini akhirnya memberi efek pada usia rata-rata penduduk yang baru memiliki anak pertama di usia pertengahan 30 tahun.
Semua penduduk Denmark memiliki kesempatan yang sama untuk duduk di bangku perkuliahan. Inilah mengapa pembiayaan kuliah di negara ini seluruhnya gratis.
Kebijakan ini tentu mendatangkan efek tersendiri. Pendidikan yang gratis akhirnya membuat jumlah "mahasiswa abadi" di negara ini meningkat. Istilah ini mengacu pada orang yang tidak pernah menyelesaikan kuliahnyanya namun terus terus mengubah program studi dari tahun ke tahun.
4. Swedia
Sama seperti tiga negara di atas, pemerintah Swedia juga memberi subsidi penuh bagi warganya yang ingin meneruskan pendidikan ke tingkat universitas. Hal ini tentu memberi keleluasaan sendiri bagi penduduk.
Mereka tidak terbebani untuk menyelesaikan gelar sarjananya dengan cepat karena masalah finansial. Rata-rata, penduduk Swedia mulai masuk dunia kerja di usia yang cenderung terlambat. Ini akhirnya memberi efek pada usia rata-rata penduduk yang baru memiliki anak pertama di usia pertengahan 30 tahun.
0 comments:
Post a Comment