Jakarta -Lebih dari 900 orang tewas akibat wabah virus corona
Wuhan, sementara ribuan orang terinfeksi di berbagai negara. Namun satu
hal yang bikin ilmuwan terheran-heran, sangat sedikit anak-anak yang
tertular virus ini.
"Median umur pasien adalah antara 49 dan 56 tahun," tulis para ilmuwan dalam laporan ilmiah yang dipublikasikan di Journal of the American Medical Association (JAMA).
"Kasus pada anak terbilang langka," demikian para ilmuwan menyimpulkan.Tidak diketahui pasti kenapa anak-anak jarang tertular virus baru yang
untuk sementara dinamai 2019-nCoV tersebut. Namun sejak lama, para
ilmuwan menemukan pola serupa termasuk pada penyakit cacar air (chickenpox) dan campak (measles).
Bahkan, pola yang sama juga ditemukan pada wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome) yang sama-sama disebabkan oleh keluarga virus corona.
"Kami
tidak memahami sepenuhnya fenomena tersebut. Mungkin karena perbedaan
respons imun pada anak dibanding pada dewasa," kata Dr Andrew Pavia dari
University of Utah, dikutip dari Livescience.
"Salah
satu hipotesis menyebut respons imun bawaan, yaitu respons awal yang
ditujukan pada kelompok patogen, cenderung lebih aktif," lanjutnya.
Hipotesis lain menyebut bahwa anak-anak juga terinfeksi, tetapi lebih sedikit memunculkan gejala.
Dalam
satu kasus, bocah 10 tahun pulang ke Zhenzhen setelah bepergian dari
Wuhan bersama keluarganya. Keluarganya, yang berusia 36-66 tahun,
mengalami demam, nyeri tenggorokan, diare, dan pneumonia.
Si bocah juga menunjukkan ada pneumonia akibat infeksi virus, tetapi
tidak menunjukkan gejala di luar. Beberapa ilmuwan meyakini, ini adalah
tipikal infeksi virus corona pada anak.
"Dipastikan bahwa anak
bisa terinfeksi tanpa gejala (asimptomatis) atau memiliki gejala sangat
ringan," kata dr Raina MacIntyre, ahli epidemologi dari University of
New South Wales di Sydney, dikutip dari Nytimes.
0 comments:
Post a Comment