JAKARTA – Presiden Joko Widodo meminta jajarannya untuk
mempersiapkan sejumlah upaya guna memitigasi dampak pandemi virus korona
atau Covid-19 terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Presiden juga meminta ada skema baru dalam pembiayaan, terutama yang
berkaitan dengan investasi dan tenaga kerja.
Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat memimpin rapat terbatas
(ratas) Program Mitigasi Dampak Covid-19 terhadap UMKM melalui video
telekonferensi dari Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (15/4).
“Percepat eksekusi program relaksasi, restrukturisasi kredit bagi UMKM yang mengalami kesulitan,” kata Presiden.
Secara spesifik, Presiden meminta agar mekanisme bantuan untuk
kredit UMKM, baik itu berupa subsidi bunga, berupa penundaan pembayaran
pokok, dan pemberian tambahan kredit modal kerja segera dilaksanakan.
“Jangan menunggu sampai mereka tutup baru kita bergerak. Jangan
sampai terlambat dan menimbulkan gejolak di masyarakat. Saya minta
semua kebutuhan betul-betul dihitung anggarannya sehingga kita
nantinya bisa memutuskan,” tegas Jokowi.
Pada kesempatan itu, Presiden meminta ada skema baru dalam
pembiayaan, terutama yang berkaitan dengan investasi dan tenaga kerja.
“Pengajuannya lebih mudah dan terjangkau, terutama untuk daerah-daerah
yang terdampak,” jelas Jokowi.
Kemudian, lanjut Presiden, untuk usaha mikro dan ultra mikro agar
bisa dimasukkan dalam skema bantuan sosial terutama yang berkaitan
dengan paket sembako. “Saya minta untuk usaha mikro, usaha kecil, usaha
menengah diberikan peluang terus untuk berproduksi terutama di sektor
pertanian, di sektor-sektor industri rumah tangga serta warung-warung
tradisional, dan sektor makanan dengan protokol kesehatan yang ketat,”
tutup Presiden.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki, mengatakan
prioritas pemberian stimulus kepada UMKM bukan saja kepada penerima
Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau penerima pinjaman melalui Pusat
Investasi Pemerintah (PIP) yang melalui Permodalan Nasional Madani
(PNM), Program Mekar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera), dan
Pembiayaan Ultra Mikro (UMI), tapi juga penerima pinjaman yang di bawah
10 juta rupiah melalui Bank Perkreditan Rakyat (BPR)/BPRS, koperasi
simpan pinjam, koperasi, BMT, dan yang lainnya.
“Jadi, Presiden minta relaksasi pinjaman ini seluas-luasnya kepada pelaku UMKM terutama mikro,” jelas Teten.
Selain itu, lanjut Teten, para pelaku usaha mikro juga dimasukkan di
dalam program BLT (bantuan langsung tunai). “Tadi juga disepakati ada
pinjaman baru bagi UMKM yang saat ini kesulitan pembayaran,” tutupnya.
Potensi Dalam Negeri
Saat memimpin rapat optimalisasi industri dalam negeri, Presiden
Jokowi mengatakan agar memanfaatkan potensi dari dalam negeri terkait
kebutuhan alat-alat kesehatan selama penanganan pandemi Covid-19.
“Sekarang ini ada 213 negara yang terkena pandemi. Semuanya
memperebutkan alat-alat kesehatan yang dibutuhkan dalam penanganan
Covid-19. Untuk itu, kita harus melihat kembali seluruh potensi sumber
daya yang kita miliki di negara kita, utamanya yang memproduksi
alat-alat kesehatan yang dibutuhkan,” kata Presiden.
Presiden menuturkan di tengah situasi yang tidak menentu ini
dibutuhkan manajemen industri kebutuhan alat-alat medis, seperti masker,
ventilator, bahan baku, obat, dan lain sebagainya. “Ini agar diatur
betul-betul manajemennya,” tutur Presiden.
Presiden kemudian mengingatkan kegiatan ekspor alat kesehatan,
terutama alat pelindung diri (APD). “Jangan sampai semuanya diekspor,
di dalam negeri malah kita tidak dapat,” jelasnya.
Presiden juga meminta agar jajarannya dapat mempercepat proses
pemberian izin kepada perusahaan yang ingin memproduksi alat-alat
kesehatan seperti masker dan alat pelindung diri lainnya.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan Presiden menekankan agar industri melakukan semacam refocussing di
bidang alat kesehatan, obat-obataan, maupun vitamin. “Presiden
mempunyai target bahwa kebutuhan untuk alkes, obat-obatan dan vitamin ke
depan bisa sepenuhnya disuplai oleh industri dalam negeri karena tentu
kita juga percaya terhadap kemampuan industri kita untuk produksi hal
tersebut,” kata Agus usai ratas.
Meski begitu, lanjut Agus, juga perlu diperhatikan bagaimana
industri bahan baku yang berkaitan alkes, obat, dan vitamin tersebut.
“Kita dorong obat asli Indonesia, sejenis suplemen, bahan bakunya
melalui proses verbal, semua nilai tambahnya akan ada di Indonesia
karena kita sangat kaya herbal,” ujarnya.
0 comments:
Post a Comment