LONDON - Menurut perkiraan organisasi nirlaba Inggris yang berfokus pada pembangunan penanggulangan bencana, Oxfam, dampak dari konflik Ukraina meningkatnya ketidaksetaraan dan pandemi Covid-19 dapat memaksa lebih dari seperempat miliar orang jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem tahun ini, Selasa (12/4).
Badan amal yang berbasis di Inggris mengeluarkan peringatan itu dalam sebuah laporan yang diterbitkan sebelum pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional minggu depan.
"Perkiraan Oxfam baru menunjukkan bahwa 263 juta lebih banyak orang dapat didorong ke dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2022, karena dampak gabungan dari Covid-19, ketidaksetaraan dan inflasi harga makanan dan energi dipercepat oleh perang di Ukraina," kata Oxfam.
"Negara-negara miskin menghadapi krisis utang yang menjulang dan daya beli upah tertekan. Sementara keuntungan perusahaan melonjak dan kekayaan miliarder mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," tuturnya.
Seperti dikutip dari straitstimes, Bank Dunia sebelumnya memperkirakan 198 juta orang menghadapi kemiskinan ekstrem, yang didefinisikan orang dengan pendapatan kurang dari 1,90 dollar AS per hari karena pandemi.
Terkena Dampak
Sebanyak 65 juta orang lainnya berisiko terkena dampak dari invasi Russia ke Ukraina, termasuk melonjaknya harga energi dan pangan. Jumlah total orang dalam kemiskinan ekstrem di seluruh dunia bisa mencapai 860 juta.
Oxfam menyerukan rencana penyelamatan ekonomi global segera untuk mengatasi masalah besar itu. "Para pemimpin G-20, IMF, dan Bank Dunia, bersama dengan semua pemimpin, harus bertindak. Mereka harus melindungi orang dari dampak keras krisis," katanya.
Organisasi itu mendesak pembatalan utang dan lebih banyak bantuan untuk negara-negara termiskin di dunia, sambil menyerukan pajak yang lebih tinggi untuk orang kaya.
"Jelas bahwa respons yang sangat besar diperlukan untuk mengatasi bencana yang dihadapi umat manusia," kata Katy Chakrabortty, kepala kebijakan badan amal itu.
"Beberapa krisis global menyebabkan kesengsaraan bagi jutaan orang dan hanya memindahkan bantuan ke setiap krisis tidak cukup," katanya.
"Negara-negara berpenghasilan rendah membutuhkan pembatalan utang untuk dapat berinvestasi dalam jaring pengaman sosial dan perpajakan progresif pada yang paling kaya diperlukan sekarang lebih dari sebelumnya untuk menyediakan dana besar untuk melindungi yang paling rentan," ungkapnya.
0 comments:
Post a Comment