KEHADIRAN pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden, Anies
Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Amin) di akhir pekan selalu menyita
perhatian publik. Bertajuk jalan sehat, ratusan ribu masyarakat
diperkirakan tumpah ruah menyambut jagoan dari Nasdem, PKB, dan PKS itu.
Terbaru, pada Minggu (8/10), sepanjang Jalan Ijen dan Taman Simpang
Balapan Kota Malang, Jawa Timur jadi saksi antusiasme masyarakat pada
pasangan yang mengusung tema perubahan itu. Sementara Makassar sudah
lebih dulu digemparkan kehadiran pasangan Amin pada Minggu (24/9).
Seperti di Malang, ratusan ribu orang diperkirakan menghadiri kegiatan
bertajuk jalan gembira tersebut.
Pasangan Amin memang lebih luwes
dalam berkampanye. Keduanya tidak lagi memandang tempat dan sasaran.
Bisa ke kampus-kampus, sowan ke kiai, hingga mendatangi masyarakat umum
secara langsung. Keduanya, bisa berbicara tentang gagasan bangsa, isu
keagamaan, dan tentang pedesaan sekalipun.
Tidak hanya itu, keduanya juga lebih taktis dalam
berkampanye. Tawarannya jelas, perubahan. Sehingga tidak perlu
berhati-hati lagi dalam menawarkan gagasan perubahan demi kesejahteraan
rakyat. Berbeda dengan calon lawan-lawan mereka yang kudu hati-hati dalam berbicara. Salah sedikit saja, maka dukungan “Pak Lurah” melayang.
Tidak Bergantung Jokowi
Kelebihan
lain pasangan Amin adalah mereka tidak bergantung pada dukungan dari
Presiden Joko Widodo. Entah itu dukungan langsung maupun dukungan
pengaruh. Sementara bacapres lain, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto
masih menanti dan menebak-nebak, ke mana arah dukungan presiden
berlabuh.
Terkadang, pendukung Ganjar dan Prabowo juga liar.
Mereka saling menjatuhkan untuk menggapai dukungan itu. Ganjar selalu
disudutkan sebagai capres boneka, sementara Prabowo diserang isu
kesehatan dan diungkit lagi kasus-kasus dugaan pelanggaran HAM.
Kunci
untuk mengetahui arah dukungan Jokowi ada pada anak sulungnya, Gibran
Rakabuming Raka. Pada pekan ini, jika apa yang disampaikan Menkominfo
Budi Arie benar, maka Mahkamah Konstitusi (MK) akan menerbitkan putusan
tentang gugatan usia capres-cawapres. Andai putusan itu menyebut
capres-cawapres boleh berusia 35 tahun, maka peluang Gibran tampil di
pilpres terbuka.
Saat ini, Walikota Solo itu digadang bakal
menjadi pendamping Prabowo Subianto. Di media sosial bahkan sudah
beredar tumpukan kaos dengan sablon tulisan Prabowo-Gibran, yang seolah
siap diedarkan. Seperti gayung bersambut, adik Gibran, yang kini
menjabat Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep
seolah memberi restu. Dengan nada diplomatis, dia mengatakan ingin
melihat dulu hasil putusan dari MK yang dipimpin Anwar Usman, yang tak
lain adalah adik ipar Presiden Jokowi.
Sementara PDIP tentu sudah
menyiapkan kuda-kuda agar Gibran yang sudah dimenangkan di Solo lari.
Salah satunya dengan menawari Gibran masuk Tim Pemenangan Nasional
Ganjar Presiden (TPN GP). Tapi sialnya, tawaran itu belum diiyakan oleh
Gibran. Alasannya, karena Gibran tidak mau cuti terlalu lama sebagai
walikota. Sekadar alasan atau memang tidak mau?
Terlepas dari
beragam ketegangan antara kubu Ganjar dan Prabowo tersebut, yang
diuntungkan tentu pasangan Amin. Mereka bisa terus bersosialisasi, walau
kadang “diganggu”. Tapi setidaknya, mereka tidak berkutat atau jalan di
tempat untuk mengurusi hal-hal yang remeh temeh, yaitu tentang
ketergantungan pada pengaruh kuasa.Kini Amin tampak sudah menguasai basis pemilih Nahdlatul Ulama (NU) di
Jawa Timur. Sekjen PKB, Hasanuddin Wahid bahkan berani sesumbar,
pasangan Amin akan meraih minimal 60 persen suara. Target yang lumayan
menggetarkan, lantaran suara di Pulau Jawa bisa terdistribusi merata
andai Ganjar menguasai Jawa Tengah dan Prabowo perkasa di Jawa Barat.
Bagaimanapun, untuk saat ini jalan Amin semakin terjamin karena mereka tidak bergantung pada jaminan kemenangan dari penguasa.
0 comments:
Post a Comment