JAKARTA – Indonesia-Afghanistan berpeluang meningkatkan
kerja sama industri. Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto
mengatakan bahwa Afghanistan merupakan mitra dagang nonmigas terbesar di
Asia Tengah.
Airlangga berharap ke depannya, semakin banyak peluang kerja sama
ekonomi dapat terjalin antara Indonesia dengan Afghanistan sehingga
mampu meningkatkan total perdagangan serta mengoptimalkan keuntungan
komparatif dan kompetitif bagi kedua negara.
”Kami berkomitmen untuk memperkuat dan melanjutkan kerja sama
bilateral terutama di sektor industri. Sebagai negara yang sama-sama
memiliki penduduk muslim yang besar, Indonesia menganggap Afghanistan
sebagai saudara yang penting dalam hubungan politik maupun ekonomi,”
kata Menperin pada acara Business Dialogue Indonesia-Afghanistan di
Jakarta, Kamis (6/4).
Secara historis, Afghanistan memiliki kedekatan khusus dengan
Indonesia karena merupakan salah satu negara yang mengakui awal
kedaulatan Republik Indonesia. Kedua negara telah menjalin hubungan yang
baik selama 62 tahun dan berperan aktif menyukseskan Konferensi Asia
Afrika tahun 1955.
Melalui dialog bisnis yang dihadiri perwakilan pemerintah dan pelaku
usaha kedua negara, Menperin berharap dapat menjadi ajang diskusi untuk
saling membahas potensi kerja sama investasi.
Pada kesempatan tersebut, turut hadir Presiden Afghanistan Mohammad
Ashraf Ghani dan Ketua Umum KADIN Indonesia Rosan P. Roeslani.
Dikatakannya, Pemerintah Afghanistan telah mengambil langkah
reformasi untuk meciptakan iklim usaha yang kondusif. Oleh karenanya,
pelaku bisnis Indonesia perlu melihat peluang dagang dan perluasan usaha
ke negara tersebut.
“Yang masih potensial, antara lain sektor agrikultur, proyek
infrastruktur, eksplorasi mineral, tekstil dan aneka, serta sektor
industri kecil dan menengah,” tuturnya.
Sebaliknya, Menperin mengundang pelaku bisnis Afghanistan agar
meningkatkan penanaman modal di Indonesia khususnya di industri
manufaktur, mulai dari sektor barang konsumsi hingga barang modal.
“Selain itu termasuk jasa perawatan untuk mendukung proyek infrastruktur
di dalam negeri.
Merujuk data BKPM, nilai investasi Afghanistan di Indonesia pada
periode 1 Januari 2010 hingga 30 Juni 2016 menempatkan pada peringkat
ke-34 daftar investor asing di Indonesia.
Nilai tersebut lebih besar daripada nilai investasi Selandia Baru
(peringkat ke-35), Norwegia (peringkat ke-36) atau Arab Saudi (peringkat
ke-39) pada periode yang sama.
0 comments:
Post a Comment