UMAT muslim dunia, termasuk di Indonesia kemarin telah menjalankan
salat Idul Adha yang dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban.
Puluhan,mungkin ratusan juta hewan kurban telah dipotong kemudian dibagikan kepada mereka yang membutuhkan.
Puluhan,mungkin ratusan juta hewan kurban telah dipotong kemudian dibagikan kepada mereka yang membutuhkan.
Pemotongan hewan kurban itu sendiri sarat dengan makna, tak sebatas
bentuk ketaqwaan manusia kepada Allah SWT, tetapi banyak manfaat yang
didapat dalam konteks hubungan antarmanusia.
Solidaritas sosial terbentuk secara spontan mulai dari pengumpulan
hewan kurban, pemotongan, penimbangan, pembagian hingga penyerahan
kepada mereka yang membutuhkan.
Kebersamaan, gotong royong dan saling tolong menolong tercipta selama
proses pemotongan dan pembagian hewan kurban. Sebab, tidaklah mungkin
ritual pemotongan dan pembagian hewan kurban dilakukan hanya seorang
diri.
Kebersamaan terbentuk tanpa melihat latar belakang status sosial dan
ekonomi. Tanpa melihat pangkat dan jabatan, tanpa sekat harta dan
kekayaan.
Bagi yang berkuban, telah terpupuk sikap kedermawanan, rela
mengobarkan sebagian hartanya demi kebahagian orang lain. Ini bentuk
kepedulian sesama untuk saling berbagi kebahagiaan. Yang berlebih
membantu yang berkekurangan.
Dengan ikhlas berkurban kita diuji dari sikap tamak, rakus, dan
terhindar dari keinginan mengambil hak orang lain. Manfaat ini yang
hendaknya dapat dijadikan acuan dari para pejabat dalam kehidupan
sehari-hari.
Keteladanan diperlukan dari pejabat yang amanah dengan menghilangkan
ego individual, ego jabatan dan kekuasaan. Kemudian mengembangkan sikap
kepedulian sosial demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Dalam konteks kekinian adalah kesadaran berkurban memberikan amalan
terbaiknya, menyisihkan waktu, energi dan pengabdiaanya untuk kemajuan
rakyat.
Bukan sebaliknya kepribadian yang diwarnai sikap tamak dengan
mengambil hak rakyat melalui jalan pintas dengan kewenangannya seperti
korupsi
0 comments:
Post a Comment