Nampaknya jutaan rakyat
sudah merasakan dampaknya. Mereka seakan sekarat. Tak mampu lagi
menghadapi kehidupan sehari-hari. Beban hidup semakin berat. Menghimpit.
Harga-harga kebutuhan pokok melangit. Tak terjangku lagi.Sedangkan
penghasilan mereka tak bertambah. Malah cenderung terus menurun. Digerus
inflasi. Padahal harga BBM baru naik.Listrik Juga Naik
pasar tak dapat lagi membeli barang-barang kebutuhan pokok mereka.
Karena harga-harga sudah tidak lagi dapat terjangkau.
Mereka hanya
berkeliling melihat barang-barang di pasar. Sambil sekalli-kali menawar
dagangan di pasar. Uang yang mereka bawa tak lagi dapat digunakan
memenuhi kebutuhan mereka.
Orang-orang miskin di perkotaan dan desa semuanya menjerit.
Mereka
bingung menghadapi hidup mereka. Tiba-tiba berubah. Tidak pernah
menyangka bakal menghadapi seperti ini. Mereka tidak dapat lagi berpikir
dengan logis. Mereka diliputi perasaan takut.
Bagaimana mereka dapat
bertahan hidup. Bagiamana masa depan anak-anak mereka? Penuh dengan
tanda tanya.
Pedagang asongan, kuli bangunan, tukang ojek, pedagang kecil, buruh
migran, buruh tani, nelayan, pegawai rendahan, dan orang-orang miskin
serta jelata lainnya, selanjutnya akan menghadapi hari-hari yang penuh
dengan ketakutan. Ketakutan menghadapi kehidupan mereka mendatang.
Orang-orang miskin dan jelata tak lagi yang melindungi mereka.
Pemerintah yang mempunyai kewajiban melindungi dan mensejahterakan
mereka, justeru membenamkan mereka kedalam kesengsaraan. Kesengsaraan
yang amat sangat. Bukan lagi mengentaskan nasib mereka yang sudah lama
terbenam dalam kemelaratan. Tetapi justeru pemerintah membenamkan mereka
ke dalam dasar kehidupan yang lebih sengsara lagi.
Kenaikan BBM pasti akan menghancurkan kehidupan rakyat
miskin yang jelata. Pemerintah yang mendapat
dukungan Partai-Partai , nampaknya tak akan menghalangi pemerintah menaikkan BBM.
Partai-partai koalisi yang menjadi pendukung pemerintah, memberikan
dasar legitimasi pemerintah menaikkan harga BBM.
Alasannya kenaikan BBM sebuah keniscayaan. Karena beban subsidi BBM
sudah memberatkan anggaran APBN. Jumlahnya sudah mencapai Rp 120
triliiun. Pemerintah tidak mempunyai opsi (pilihan), kecuali
satu-satunya hanya dengan cara menghapus subsidi, yang selama ini
dinilai dinikmati oleh kalangan berduit.
Pemerintahan ingin mengalihkan subsidi yang selama ini dinikmati
oleh orang kaya, justeru akan dialihkan peruntukannya kepada orang-orang
miskin. Tetapi ini hanyalah cerita dari pemerintah. Selama ini rakyat
miskin yang jelata tidak pernah langsung menikmati pengalihan
penghapusan subsidi BBM. Sebaliknya rakyat miskin yang jelata itu, hanya
menerima dampaknya yang sangat menghancurkan kehidupan mereka.
Kehidupan mereka akan menjadi porak-poranda, sebagai akibat kenaikan
BBM. Orang-orang kaya tidak pernah mengeluhkan kenaikanBBM. Justeru yang
menjadi korban pertama kali akibat kenaikan BBM adalah orang-orang
miskin di perkotaan dan di desa.
Sekarang pun harga BBM belum naik, malah harga-harga kebutuhan pokok
rakyat sudah naik. Rata-rata diatas 30 persen. Malah beberapa kebutuhan
pokok lebih 30 persen kenaikkannya. Sungguh sangat memprihatinkan nasib
rakyat miskin yang jelata.
Pemerintahan yang berideologi “neolib” dan lebih cenderung
membela kepentingan orang-orang kaya dan kaum pemilik modal, dan
pro-pasar. Di bandingkan membela kepentingan rakyat jelata. Karena itu
pilihan menaikan harga BBM itu, hanyalah menunjukkan watak dasar dari
pemerintahan yang memang tidak berpihak kepada rakyat.
Pemerintahan didukung partai-partai koalisi, tak
menepati janjinya mereka, yang ingin mengubah kehidupan rakyat dan
mensejahterakan rakyat. Justru di masa pemerintahannya ,
kehidupan rakyat jelata semakin susah dan memilukan. Inilah bukti
pemerintahan ini tidak pro-rakyat. Wallahu’alam.
Drs Apriyanto Diwantoro SH MM.MBA
Praktisi Pengamat Publik
Drs Apriyanto Diwantoro SH MM.MBA
Praktisi Pengamat Publik
Nampaknya jutaan rakyat
sudah merasakan dampaknya. Mereka seakan sekarat. Tak mampu lagi
menghadapi kehidupan sehari-hari. Beban hidup semakin berat. Menghimpit.
Harga-harga kebutuhan pokok melangit. Tak terjangku lagi.Sedangkan
penghasilan mereka tak bertambah. Malah cenderung terus menurun. Digerus
inflasi. Padahal harga BBM belum naik.
Read more at: http://ruanghati.com/2012/03/28/jeritan-rakyat-seolah-sekarat/
Read more at: http://ruanghati.com/2012/03/28/jeritan-rakyat-seolah-sekarat/
0 comments:
Post a Comment