SERANG – Hari pertama vaksinasi difteri kemarin, Dinas Kesehatan
(Dinkes) Banten merilis terjadi penambahan kasus wabah difteri di
Banten. Sebelumnya ada 68 kasus dan delapan orang meninggal, kemarin
menjadi 81 kasus dengan sembilan orang meninggal.
Kepala Seksi Surveilans Imunisasi dan Krisis Kesehatan Dinkes Banten
drg Rostina membenarkan ada pasien difteri yang meninggal. “Ya Mas,
jumlah kasusnya bertambah per hari ini (kemarin-red). Yang meninggal
satu orang lagi di Kabupaten Pandeglang,” ujarnya kepada saat meninjau persiapan penyediaan ruang khusus bagi pasien difteri di RSUD Banten, Senin (11/12).
Perempuan yang akrab disapa Una itu menjelaskan, bertambahnya kasus yang diakibatkan bakteri corynebacterium diptheriae
ini karena sosialisasi pencegahan belum menyeluruh. Kasus dengan
penderita yang meninggal rata-rata berobat ke bidan desa atau klinik
terdekat. Diagnosis awalnya penyakit flu dan batuk, setelah seminggu
belum sembuh baru dibawa ke rumah sakit atau puskesmas. Padahal, langkah
itu tergolong lambat yang menyebabkan pasien bisa meninggal. “Hari
keenam saja sudah terlambat,” katanya.
Kata dia, saat ini pihaknya berupaya melakukan penanganan selain
pemberian vaksin yang sedang berjalan juga meminta RSUD menyiapkan
sistem rujukan ke rumah sakit yang mempunyai ruang isolasi. “Tadi
(kemarin-red), melakukan pengecekan kesiapan ke RSUD Banten untuk
memastikan ruang instalasi agar bisa menerima rujukan,” terangnya.
Mengenai pelaksanaan vaksinasi difteri, Una menjelaskan, berjalan
lancar. Namun, ada beberapa pusat kesehatan masyarakat (PKM) yang belum
melakukan vaksinasi difteri. Ke depan ia akan mendorong agar pelaksanaan
vaksinasi berjalan menyeluruh. “Di Banten, ada lima kabupaten kota yang
melakukan vaksinasi difteri, yaitu Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang,
Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan,” katanya.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Banten dr Drajat AP mengatakan,
sudah menyiapkan ruangan isolasi untuk pasien difteri. Ada dua ruangan
yang dapat menampung 12 pasien. “Kami siap menerima pasien difteri,”
ujarnya.
Selain itu, pihaknya sudah melakukan koordinasi untuk penanganan
difteri mulai dari instalasi gawat darurat (IGD), dokter spesialis anak,
THT, penyakit dalam, laboratorium, instalasi rawat jalan, dan inap.
0 comments:
Post a Comment