SERANG, (KB).- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang
mengajukan bantuan keuangan (Bankeu) ke pemerintah provinsi (Pemprov)
Banten, bantuan tersebut akan dioptimalkan, untuk menyelesaikan berbagai
program prioritas berkenaan dengan peningkatan indeks pembangunan
manusia (IPM) 2019.
Hal tersebut dilakukan, karena anggaran belanja Kabupaten Serang
cukup terbatas. Rancangan APBD 2019 Kabupaten Serang memiliki rincian
pendapatan daerah diestimasi Rp 2,23 triliun, terdiri dari PAD Rp 714,58
miliar yang berasal dari dana perimbangan Rp 1,16 triliun, lain-lain
PAD Rp 359,77 juta.
Sedangkan, belanja daerah dialokasikan Rp 2,39 triliun, jumlah
tersebut dialokasikan, untuk belanja tidak langsung Rp 1,33 triliun,
belanja langsung Rp 1,06 triliun. Belanja tidak langsung tersebut, untuk
kebutuhan pegawai, gaji ASN, penghasilan anggota DPRD. Belanja langsung
untuk hibah Rp 12,59 miliar, bansos Rp 17,44 miliar, bagi hasil kepada
desa Rp 38,64 miliar, bantuan keuangan Rp 345,03 miliar, penyediaan
tidak terduga Rp 5 miliar.
Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah mengatakan, terkait besaran
anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Murni 2019 masih belum masuk
semuanya. Beberapa yang belum masuk, seperti bangub (bantuan gubernur)
dan juga BOS (bantuan operasional sekolah). “Nanti dari bangub masih
nunggu,” katanya kepada Kabar Banten, saat ditemui setelah rapat
paripurna dengan agenda penyampaian raperda tentang anggaran pendapatan
dan belanja daerah tahun anggaran 2019 di Gedung DPRD Kabupaten Serang,
Rabu (7/11/2018).
Ia menuturkan, untuk besaran bangub, belum tahu. Namun, yang jelas
anggaran tersebut, diajukan untuk program prioritas yang berkenaan
dengan peningkatan IPM. “Karena, bangup itu dibatasi hanya program yang
mendukung IPM. Makanya, kami minta yang slot sesuai, hanya besarannya
kami tidak tahu. Mudah-mudahan naik dari tahun kemarin,” ujarnya.
Kemudian, tutur dia, terkait infrastruktur jalan juga, di mana
Kabupaten Serang memiliki perda percepatan, yakni membangun 100
kilometer (km) per tahun. Anggaran yang diperlukan sangat besar, yakni
mencapai Rp 300 miliar. “Kami kejar perda dulu minimal 100 km, itu saja
butuh 300 miliar, sedangkan belanja langsungnya hanya Rp 1,06 triliun,
itu juga masih ada barang jasa modal hanya Rp 357 miliar. Anggaran ini
harus dicari dari pusat dan provinsi juga,” ucapnya.
Kemudian, kata dia, RSUD Drajat Prawiranegara saat ini sudah menjadi
rujukan. Padahal, di sana masih membutuhkan ruang rawat inap dan alat
kesehatan (alkes). “Kan yang menetapkan itu Kemenkes dan provinsi, tapi
di sana kami butuh ruang rawat inap dan alkes. Makanya, diminta ke
provinsi, dengan menunjuk harus ada tanggung jawab dari provinsi, agar
pelayanan maksimal,” ujarnya.
Lalu, ucap dia, terkait pendidikan, di mana masih banyak pekerjaan
rumah terkait ruang kelas rusak. Dalam rancana belanja dinas, di sana
pendidikan di sana ada bangub dari provinsi. “Makanya itu juga akan
diminta,” tuturnya.
Disinggung perihal belanja pegawai yang masih tinggi, dia mengatakan,
masih akan melakukan rapat internal dengan semua dinas. Pihaknya akan
menanyakan belanja barang jasa apa saja. “Kalau Dinkes barang jasa pasti
lebih dari modal. Agar efektif. Belanja tidak langsung agak besar,
karena selain hibah bansos (bantuan sosial) ada untuk partai dan dana
tak terduga,” katanya.
0 comments:
Post a Comment