JAKARTA – Perekonomian nasional pincang. Agar roda
perekonomian negeri ini terus berputar dibutuhkan beberapa mesin yakni
moneter dan fiskal serta sektor riil.
al ini disampaikan Rizal Ramli, ekonom senior, Kamis (29/11/2018).
“Bagaikan pesawat, untuk mengendalikan ekonomi diperlukan dua mesin,
yaitu moneter serta fiskal dan sektor riil,” tegasnya.
Rizal memuji bergeraknya mesin pertama atau moneter di bawah Gubernur
BI, Ferry Warjiyo yang sangat pro aktif dan ahead of the curve, hingga
berhasil menstabilkan rupiah.
Tapi mesin kedua, ia menilai payah. Tak ada terobosan pemerintah di fiskal dan sektor riil. Keduanya tak jalan.
“Kepincangan ini akan berdampak pertumbuhan ekonomi stagnan di angka 5
persen. Ini akan terus berlanjut, karena andalan utama hanya kebijakan
monter saja,” tandasnya.
Minggu yang lalu, lanjut Rizal, BI menandatangani perjanjian curency
swap dengan China senilai 28,8 miliar dolar AS atau setara 200 miliar
yuan.
Untuk Cina, menurutnya, memang bagus karena memperkuat posisi yuan,
tingkatkan hubungan bisnis dengan Indonesia. Untuk Indonesia, agar
membantu, terutama untuk menstabilkan rupiah, kurangi peranan dolar AS
dalam transaksi valuta.
ADA TEROBOSAN
“Tetapi suplai valuta tidak akan berubah, kecuali ada terobosan
berarti di sektor riil. Implikasi geo-politik perlu diperjelas,”
tegasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyatakan kondisi perekonomian dunia
masih diwarnai dengan ketidakpastian sehingga sulit diprediksi dan
dikalkulasi.
“Saya kira bapak ibu bupati semuanya juga merasakan betapa
ketidakpastian ekonomi dunia itu betul-betul sulit dikalkulasi dan sulit
dihitung,” kata Jokowi saat audiensi dengan sejumlah bupati di Istana
Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Jokowi yang didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan,
terkait dengan pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus bicara apa adanya.
“Berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, kami harus bicara apa adanya
bahwa situasi ekonomi dunia sekarang ini masih betul-betul pada posisi
yang sangat sulit,” ucapnya.
0 comments:
Post a Comment