Pemilihan Presiden (Pilpres)
2019 bakal menjadi arena pertarungan dua kubu, Jokowi-Ma'ruf Amin dan
Prabowo-Sandiaga Uno. Kalangan milenial disebut-sebut merupakan sasaran
utama kedua kubu. Ancang-ancang untuk menggaet suara pemilih milinel
sudah mulai terlihat, meski waktu kampanye masih beberapa pekan ke
depan.
Misalnya saja, saat Prabowo Subianto memilih Sandiaga Uno sebagai
cawapresnya. Sandi dianggap sebagai representasi anak-anak muda zaman
sekarang.
Sementara petahana Joko Widodo atau Jokowi juga tak mau ketinggalan menyasar kaum muda-mudi pada Pilpres 2019.
Meski cawapres yang diusungnya adalah Kiai sepuh Nahdlatul Ulama (NU),
Ma'ruf Amin, Jokowi punya cara lain menggaet suara pemilih muda. Erick
Thohir yang sukses sebagai ketua panitia penyelenggara Asian Games
XVIII, dirangkulnya untuk dijadikan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN).
Kesuksesan bos klub sepak bola Intermilan saat memimpin Asian Games
2018, menjadi modal utama koalisi Jokowi-Ma'ruf memikat hati kaum
milenial.
Tak dipungkiri, suara pemilih muda atau kaum milenial merupakan suara
mayoritas dari jumlah pemilih di Pilpres 2019. Direktur Eksekutif
Saiful Mujani Research and Consulting (SRMC), Djayadi Hanan, memprediksi
pasangan calon peserta pilpres, para caleg, dan parpol peserta pileg
akan beradu strategi guna menggaet suara pemilih muda.
"Milenial itu kan definsi umumnya pemilih yang berumur 17 sampe 38
tahun, pada tahun 2019. Nah, kalau dilihat dari DPT yang sekitar 185
jutaan, pemilih yang 17 hingga 38 tahun itu, sekitar 55 persen
jumlahnya. Jadi mau tidak mau ya, kandidat capres maupun pemilu
legislatif harus memperhatikan suara milenial. Karena mereka mayoritas,"
kata Djayadi saat dihubungi di Jakarta, Senin 10 September 2018.
Namun, Djayadi menyebut bahwa suara pemilih milenial akan terpecah pada Pilpres 2019. Masing-masing pasangan capres-cawapres, kata dia, berpotensi meraup paling banyak suara tersebut.
Alhasil, menurut Djayadi, siapa pun pasangan calon belum tentu bisa
memenangkan Pilpres, meski mereka mengantongi suara pemilih milenial.
"Misalnya, Jokowi menang di milenial 30 persen, tapi kan masih kurang
itu. Kalau mau menang, kan butuh 51 persen. Karena target milenial saja
tidak bisa menjamin kemenangan," ucap Djayadi.
Meski suara pemilih milenial dianggap mayoritas di Pilpres, namun
Djayadi meminta untuk tidak mengabaikan suara di luar kaum muda. Pemilih
yang usianya di atas 40 tahun, juga harus menjadi target yang realistis
saat Pilpres.
"Di luar milenial kan ada 45 persenan. Jadi itu juga penentu. Dengan
kata lain, ya peserta Pilpres harus menjangkau dua-duanya," terang
Djayadi.
Djayadi menilai suara pemilih milenial bisa menjadi kunci kemenangan,
apabila pasangan capres-cawapres pada Pilpres 2019 mendatang lebih dari
dua pasang.
"Dan ada pasangan capres-cawapres yang hanya fokus di milenial, dan
dia berhasil target 30 persen milenial. Kalau dia dapat 30 persen,
peluang menangnya jadi lebih besar. Tapi ini kan peserta pilpresnya cuma
dua kandidat. Harus menang jadi 51 persen kan. Kan tidak mungkin 51
persen itu semuanya milenial," tandas Djayadi.
Sementara, para pemilih milenial sudah bisa melihat capres-cawapres mana yang dianggap
Misalnya saja, Andi (28). Ia menyebut pasangan capres-cawapres yang
paling milenial saat ini adalah Jokowi-Ma'ruf. Khusus untuk Jokowi, dia
melihat bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta itu kerap menunjukan
penampilan yang kekinian.
"Jokowi juga berpenampilan modis, misalnya memakai sneakers, bomber jaket, atau t-shirt," kata Andi.
Selain itu, sambung Andi, Jokowi juga beberapa kali turut hadir
meramaikan dan menonton pertunjukan musik. Menurutnya, hal itu membuat
Jokowi dianggap semakin dengan dengan anak-anak muda.
"Kan pernah tuh datang ke Synchronize Fest dan We The Fest. Jokowi
juga pakai produk-produk lokal bikinan anak-anak muda Indonesia,
contohnya jaket jeans dan motor chopper," ucap pria yang tinggal di
Bekasi ini.
Hal yang sama juga diutarakan Lely (35). Wanita yang berdomisili di
Pulomas, Jakarta Timur ini menyebut bahwa capres yang paling milenial
saat ini adalah Jokowi. Ia melihat, Jokowi merupakan sosok yang
komunikatif dan terbuka dengan berbagai masukan."Beliau enggak jaim. Terbuka sama hal-hal yang kekinian," kata Lely.Namun, keduanya mengaku belum memutuskan apakah akan memilih Jokowi
pada Pilpres 2019 mendatang. "Belum. Karena masih menimbang-nimbang,"
ungkap Lely."Belum ada. Masih melihat situasi dan kondisi. Meski sebenarnya
cenderung ke Jokowi, tapi tetap harus dipertimbangkan baik-baik," kata
Andi.
Andi mengaku setuju apabila pemilih milenial berperan dalam
menentukan pemimpin pada 2019 mendatang. Sebab, kata Andi, suara pemilih
milenal sangat berpengaruh di 2019."Penting. Karena generasi milenial mendominasi sebagian besar angkatan kerja di seluruh dunia," ucap dia.
Tak hanya Jokowi saja sebagai capres yang dianggap representasi anak
muda. Prabowo-Sandi ternyata juga sudah menyentuh pemilih muda.Misalnya saja Inke (22), ia menganggap Prabowo-Sandi capres yang
paling milenial. Inke berpendapat keduanya, bisa mewakili jiwa anak muda
saat ini. Hal ini, kata dia, terlihat pada sosok Sandiaga Uno.
"(Sandi) itu modern. Terus lebih mudaan," ungkap warga Pondok Kopi, Jakarta Timur ini.Sama hal nya dengan Inke, Uswatun Hasanah (24) juga menganggap Prabowo-Sandi sosok capres-cawapres paling milenial."(Sandi) berjiwa muda pastinya," kata warga Depok, Jawa Barat ini.Hanya saja, keduanya juga belum menentukan pilihan pada Pilpres 2019
mendatang. Meski keduanya menganggap Prabowo-Sandi pasangan
capres-cawapres paling milenial."Masih liat-liat dulu aja, mau milih yang sreg yang mana," kata mereka.
0 comments:
Post a Comment