![]() |
DATANGI KPK | Menteri Sosial, Juliari Batubara (kiri) dan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo (kanan) berjalan usai pertemuan di Gedung KPK, Jakarta, Senin (4/11). |
JAKARTA – Menteri Sosial, Juliari Batubara mengaku
menerima masukan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal program
kerja Kementerian Sosial (Kemensos) terkait pengelolaan data yang lebih
akurat. Karena, ini akan berpengaruh terhadap kualitas program-program
pemerintah di bidang kesejahteraan sosial.
“Saya kira kami terima dengan baik tadi banyak sekali masukan-masukan
dan semuanya masukan dari KPK sangat konstruktif. Kami akan
menjalankannya tentunya dengan skala prioritas dan bertahap di mana
ujungnya nanti kita jadi kementerian tidak saja good and clean
governance juga benar-benar kita memiliki program yang mensejahterakan
rakyat indoensia,” kata Juliari seusai mengadakan pertemuan di Gedung
Merah Putih KPK, Jakarta, Senin (4/11).
Juliari menambahkan, pihaknya akan menjadikan masukan KPK ini sebagai
dasar terkait pengelolaan data tersebut, tentunya bekerjasama dan
berkoordinasi dengan kementerian lain. Apalagi, data terpadu
kesejahteraan sosial tersebut tidak hanya digunakan oleh Kemensos, namun
juga kementerian lain seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan
Kementerian Pertanian (Kementan).
“Kami juga nanti perlu berkoordinasi dengan kementerian lain seperti
misalnya tadi disampaikan. Dengan Kemendagri (Kementerian Dalam Negeri)
misalnya menyangkut data-data berbasis NIK (Nomor Induk Kependudukan)
misalnya. Ini bentuk konkret yang akan segera kita tindak lanjuti
berkoordinasi bersama dengan kementeriankementerian tersebut,” kata
Juliari.
Diketahui, Mensos Juliari beserta jajarannya mendatangi Gedung KPK
pada pukul 09:00 WIB dalam rangka silahturahmi dan sinergitas dengan
Pimpinan KPK. Sekitar dua jam mengadakan pertemuan, Mensos Juliari
keluar gedung KPK ditemani oleh Ketua KPK, Agus Rahardjo.
Sementara itu, Agus Rahardjo mengaku telah berdiskusi banyak dengan
Mensos Juliari dan jajarannya terkait komitmen Kemensos untuk
menjalankan pemerintahan yang bersih, good and clean government. Agus
mengatakan, pihaknya juga sangat menginginkan dalam waktu dekat bisa
memiliki data yang akurat mengenai orang miskin di Indonesia.
Akurasi Data
Hal ini kata Agus, akibat ketidakakuratan data orang miskin tersebut,
menyebabkan subsidi tidak tepat sasaran dan susbsidi menjadi tidak
efisien.
“Misalnya gas melon (LPG 3 kg) untuk orang miskin kan, kemudian gas
melon itu ke mana- mana (penyalurannya), nah itu subsidinya jadi sangat
besar jadinya. Kami sebutkan angkanya sekitar 70 triliun rupiah, menjadi
subsidi itu sangat tidak efisien. Listrik juga begitu, kemudian subsidi
pupuk, benih, kemudian juga bantuan pendidikan, BPJS. Kalau kita bisa
mengelola data itu lebih baik datanya lebih akurat, saya pikir
efisiensinya akan sangat besar,” papar Agus.
0 comments:
Post a Comment