![]() |
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmad Syaikhu |
JAKARTA - Hanya dalam hitungan akan berpisah dengan
bulan suci Ramadhan 1422 H. Momen sepuluh hari terakhir memiliki
keutamaan yang sangat besar untuk mengoptimalkan ibadah kita kepada
Allah SWT. Saat dimana doa tidak berjarak di hadapan Allah SWT."Jangan sampai momen ini terlewatkan begitu saja karena belum tentu kita
bisa bertemu dengan Ramadhan berikutnya. Mari memohon ampunan sekaligus
petunjuk untuk keselamatan diri, keluarga, bangsa dan negara yang kita
cintai ini," kata Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmad
Syaikhu, Jumat (7/5/2021).
Ahmad Syaikhu mengungkapkan, Ramadhan
kali ini merupakan tahun kedua ibadah puasa di tengah suasana pandemi
virus Corona (Covid-19) yang menyebabkan banyak aktivitas kehidupan
terganggu karena keterbatasan mobilitas yang kita lakukan."Allah SWT menjadikan Covid-19 sebagai ujian sekaligus peringatan bagi
umat manusia agar manusia memperbaiki diri dan kehidupan secara
kolektif, berbangsa dan bernegara bahkan dunia," ungkapnya.
"Pandemi
Covid-19 awalnya merupakan masalah kesehatan. Dalam waktu singkat
memiliki efek domino yang sangat cepat, menjalar menjadi masalah
ekonomi, sosial dan politik yang dihadapi oleh hampir seluruh negara di
dunia. Bahkan memasuki tahun kedua penyebarannya, Covid-19 telah menjadi
game changer bagi perjalanan bangsa-bangsa ke depan; apakah akan keluar
menjadi bangsa pemenang atau sebaliknya akan semakin terpuruk,"
tambahnya.Kemudian sambung mantan Wakil Wali Kota Bekasi ini, pemberian vaksin
kepada seluruh masyarakat menjadi harapan yang besar untuk bisa
mengendalikan penyebaran Covid-19. Tetapi memasuki Ramadhan tahun ini,
penyebaran Covid-19 masih terus berlangsung.
"Seolah-olah
memberikan pesan yang kuat kepada kita, sebenarnya episentrum
permasalahan yang kita hadapi saat ini ada pada diri kita sebagai
manusia. Jadi, vaksin hanya sebagai sebuah instrument untuk memberikan
daya tahan bagi tubuh kita dalam menghadapi Covid-19. Tetapi lebih dari
itu, memperbaiki kualitas kemanusiaan kita jauh lebih penting, menjadi
solusi permanen untuk keselamatan umat manusia di muka bumi ini,"
jelasnya.
"Persoalan kebangsaan yang kita hadapi saat ini, tidak
bisa diselesaikan dengan membuat aturan dan sistim semata, tetapi pada
saat yang sama juga harus diiringi dengan memperbaiki kualitas sumber
daya manusia yang berada di belakangnya, baik secara moral maupun
perilaku. Keteladanan para pemimpin akan menjadi contoh yang sangat
efektif untuk merubah kondisi bangsa hari ini. Puasa bisa menjadi sarana
untuk membentuk pribadi-pribadi pemimpin yang soleh, untuk menjadi suri
tauladan bagi masyarakat yang dipimpinnya," sambungnya.
Dikatakan
Ahmad Syaikhu, tujuan puasa adalah untuk membentuk ketakwaan (2/183).
Beberapa karakter takwa yang disebutkan dalam Al-Qur’an (3/134-135)
antara lain senang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit, menahan
amarah, memaafkan kesalahan orang dan ingat Allah dan memohon
ampunannya.
Menurutnya, karakter seperti ini sangat diperlukan
dalam situasi sulit menghadapi covid-19. Kepedulian orang yang bertakwa
akan mendorong gerakan berinfak. Menahan amarah akan meredam konflik,
memaafkan orang akan menghadirkan kedamaian. Interaksi kemanusiaan
(humanisme) akan semakin kuat sebagai perwujudan hablum minannas.
Ditambah lagi seringnya mengingat Allah dan memohon ampunan-Nya akan
mendekatkan seseorang kepada Sang Kholid (hablum minallah).
"Dalam
membangun sebuah bangsa, tidak cukup hanya dengan kesalehan pribadi
saja, tetapi diperlukan kesalihan secara kolektif dalam masyarakat.
Ramadhan membentuk pribadi-pribadi yang memiliki kesolehan individu.
Jika dalam masyarakat banyak terdapat kesalihan pribadi, maka akan
terbentuklah kesalihan kolektif, yang akan bertransformasi menjadi
kesolehan multi dimensi, baik secara pribadi maupun kolektif. Kesolehan
secara kolektif inilah yang diharapkan bisa memperbaiki kondisi bangsa
dan negara yang sedang terpuruk, baik secara sosial, ekonomi dan
politik," tuturnya.
Pertama kata dia, kesalehan sosial. Salah
satu tujuan berpuasa selain untuk menahan lapar, haus dan syahwat adalah
bisa merasakan penderitaan orang miskin yang memiliki keterbatasan
dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Tempaan berpuasa selama sebulan
penuh, akan melahirkan sikap rendah hati, berempati dengan penderitaan
orang lain, sehingga mau berbagi dengan sesama.
"Allah SWT
menegaskan bahwa dalam setiap harta terdapat hak orang lain yang harus
dikeluarkan haknya (51/19), bukan sebaliknya memakan dan merampas hak
orang lain. Kesalehan sosial yang ditunjukkan oleh masyarakat diharapkan
bisa menyelesaikan masalah sosial yang ditimbulkan oleh Covid-19,"
ucapnya.
"Kedua, kesalehan ekonomi. Ramadan juga memberikan
pelajaran berharga bagi kita, dalam menjaga aktivitas ekonomi secara
seimbang, mulai dari mengatur pola konsumsi, membelanjakan uang sesuai
dengan kebutuhan hidup sehari-hari, hingga penggunaan uang sebagai nilai
tukar terhadap barang dan jasa secara riil," tambahnya.
Dijelaskan
Syaikhu, Allah SWT melarang aktivitas ekonomi yang mengandung unsur
maysir (judi), transaksi yang tidak jelas (ghoror) dan riba (3/130).
Kesalehan ekonomi akan menuntun kita menggunakan harta secara bijak
sehingga tidak menimbulkan bubble economy, yang hanya mengejar
keuntungan sesaat dengan menghalalkan segala cara.
"Ketiga,
kesalehan politik. Ramadan adalah kawah candra dimuka untuk melatih
komitmen dan perilaku kita kepada Allah SWT, selama dua puluh empat jam
kita diberi kesempatan untuk berbuat baik, tidak boleh menipu, korupsi,
melakukan intimidasi, karena yakin setiap perbuatan kita akan diawasi
oleh Allah SWT. Sehingga pasca Ramadhan akan menjadi kebiasaan baru
dalam seluruh aspek kehidupan termasuk politik. Kesalehan politik para
pemimpin bangsa akan menjadikan politik sebagai sarana beribadah kepada
Allah SWT (51/56) sehingga lambat laun stigma politik itu kotor akan
bisa hilang dengan sendirinya," jelasnya.
Sedangkan momentum Idul
Fitri menurut Ahmad Syaikhu, selalu menimbulkan harapan akan
terbentuknya pola keseimbangan baru, baik yang bersifat hubungan dengan
Allah SWT (Hablum Minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (Hablum
Minannas). Setelah melalui rangkaian ibadah selama satu bulan penuh,
akan muncul sosok baru dengan tingkat spiritual yang tinggi.
"Manifestasi
tingkat spiritual tersebut tergambar dalam kesolehan individu. Banyak
persoalan bangsa yang kita hadapi hari ini, terutama dampak yang
ditimbulkan oleh Covid-19. Vaksin menjadi salah satu instrument penting
untuk memperkuat daya tahan tubuh, tetapi ada persoalan yang jauh lebih
penting yang kita hadapi yaitu merosotnya nilai-nilai kemanusiaan.
Sehingga dibutuhkan kesalehan pribadi dan kesalehan kolektif yang akan
berpengaruh pada aspek sosial, ekonomi dan politik agar bisa
menyelesaikan persoalan multidimensi yang sedang melilit bangsa.
Wallahu’alam Bissawab," tutupnya.
0 comments:
Post a Comment