MOSKWA - Kremlin menyatakan Presiden Russia Vladimir Putin siap mengirimkan delegasi ke Belarusia untuk melakukan perundingan dengan Ukraina. Kesiapan ini disampaikan saat pasukan militer Russia memasuki ibu kota Kiev pada hari kedua invasi terhadap Ukraina.
Seperti dilansir AFP, Jumat, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menyatakan Putin siap untuk mengirimkan delegasi tingkat tinggi untuk berbicara dengan delegasi Ukraina di ibu kota Minsk, Belarusia. Minsk sebelumnya pernah menjadi tuan rumah perundingan damai terkait krisis Ukraina.
Namun, prospek perundingan antara Russia dan Ukraina diragukan karena Kremlin mengatakan Kyiv telah berhenti menanggapi setelah menolak tawaran awal pertemuan Moskow di Minsk, ibu kota Belarusia.
Ukraina menginginkan pertemuan sebagai gantinya di ibukota Polandia, Warsawa, kata Kremlin, menambahkan bahwa mereka tidak mendengar apa-apa lagi. Tidak ada kata langsung dari Ukraina tentang komentar Russia tersebut.
Sementara itu, bantuan global terus mengalir ke Ukraina. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Jumat (25/2), mengumumkan segera mengalokasikan 20 juta dollar AS atau sekitar 287 miliar rupiah untuk meningkatkan operasi kemanusiaan PBB di Ukraina setelah invasi Russia.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan PBB dan mitra kemanusiaannya berkomitmen untuk tinggal dan memberikan dukungan pada orang-orang di Ukraina pada saat mereka membutuhkan.
"Dengan jumlah kematian yang meningkat, kami melihat wajah ketakutan, kesedihan, dan teror di setiap sudut Ukraina. Orang-orang yang tidak bersalah, selalu membayar dengan harga tertinggi," kata Guterres.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) PBB, David Beasley, menyatakan keprihatinan atas potensi dampak konflik terhadap akses pangan bagi warga sipil di daerah konflik.
"Kami mengimbau semua pihak untuk memastikan bahwa komunitas yang terkena dampak memiliki akses ke dukungan kemanusiaan apa pun yang mereka butuhkan, termasuk keselamatan staf kemanusiaan di lapangan dijamin," kata Beasley.
Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Peter Maurer, mengatakan intensifikasi dan penyebaran konflik berisiko menimbulkan skala kematian dan kehancuran yang menakutkan, mengingat keterlibatan kapasitas militer yang sangat besar.
Dirjen Migrasi PBB (IOM), Antonio Viitorino, mengatakan konflik delapan tahun di Ukraina telah menelantarkan lebih dari 1,4 juta orang yang bergantung pada bantuan. "Eskalasi ini hanya akan memperpanjang kebutuhan kemanusiaan dan menambah penderitaan jutaan keluarga," katanya.
Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, mengaku sangat prihatin atas dampak serangan terhadap rakyat Ukraina dan memperingatkan bahwa konflik menambah risiko ekonomi yang signifikan bagi kawasan dan dunia.
IMF, jelasnya, tengah membahas penyaluran bantuan 2,2 miliar dollar AS untuk Ukraina di bawah program pinjaman yang akan berakhir pada Juni 2022.
Sementara dalam cuitannya di Twitter, Presiden Bank Dunia, David Malpass, mengatakan sangat sedih dan ngeri melihat perkembangan kehancuran di Ukraina yang akan berdampak luas pada ekonomi dan sosial.
0 comments:
Post a Comment