Demonstrasi mahasiswa pendukung Palestina yang sempat mengguncang
sejumlah kampus di Amerika Serikat dikabarkan telah berakhir minggu ini,
setelah para pemimpin kampus berhasil mencapai kesepakatan dengan
mahasiswa. Mengutip Associated Press, Sabtu (4/5), salah satu poin krusial
dalam kesepakatan ini adalah komitmen universitas untuk meninjau kembali
investasi mereka terkait Israel dan mendengarkan seruan untuk
menghentikan bisnis dengan negara tersebut.
Para pengunjuk rasa
dalam aksi itu menuntut pihak kampus agar memboikot kerjasama dengan
Israel yang diduga telah melakukan genosida di Jalur Gaza.
Kesepakatan ini diharapkan dapat
menghentikan gangguan terhadap ujian akhir dan upacara wisuda yang
sedang berlangsung di beberapa institusi pendidikan.
Adapun
kesepakatan itu dicapai setelah lebih dari 2.400 orang dari 46 kampus
diringkus oleh polisi setempat akibat melakukan aksi demonstrasi
pro-Palestina sejak 17 April lalu, dengan mendirikan tenda di sekitaran
universitas dan mengambil alih gedung yang berimbas pada terganggunya
kelas-kelas di beberapa sekolah, termasuk Columbia dan UCLA.
Meski
demikian, Profesor sejarah di Temple University, Ralph Young,
menyatakan bahwa kesepakatan ini mungkin hanya taktik penundaan untuk
meredakan protes, namun dia menyoroti pentingnya dialog dalam menangani
konflik ini.
“Saya pikir bagi beberapa universitas, ini mungkin hanya taktik penundaan untuk meredakan protes,” kata Young.Menurutnya, beberapa dewan universitas bahkan mungkin tidak pernah
memberikan suara untuk melakukan divestasi dari Israel, karena tidak
memiliki kewenangan untuk melakukan hal tersebut.
"Namun
berbicara setidaknya telah memberikan perasaan kepada para pengunjuk
rasa bahwa mereka didengar. Apakah mereka berhasil mencapai tujuan atau
tidak, itu adalah pertanyaan lain," pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment