Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebut bahwa korban jiwa telah meningkat menjadi 274 orang. Pasukan Israel dengan bantuan tentara Amerika Serikat membunuh 57 perempuan dan 64 anak-anak di Kamp Nusairat ketika melakukan operasi penyelamatan. Lebih 700 lainnya mengalami luka-luka. Sementara itu, sebanyak tiga sandera lainnya tewas dalam serangan Israel, termasuk salah satunya bekewarganegaraan Amerika Serikat.
Pada Minggu (09/06), Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebut bahwa korban jiwa telah meningkat menjadi 274 orang. Pasukan Israel dengan bantuan tentara Amerika Serikat membunuh 57 perempuan dan 64 anak-anak di Kamp Nusairat ketika melakukan operasi penyelamatan. Lebih 700 lainnya mengalami luka-luka. Sementara itu, sebanyak tiga sandera lainnya tewas dalam serangan Israel, termasuk salah satunya bekewarganegaraan Amerika Serikat.
Tentara Israel menyelinap masuk ke Jalur Gaza Tengah menggunakan truk bantuan kemanusiaan dan truk sipil. Angkatan laut, udara, dan Divisi 98 mulai menembaki dan membom Gaza secara besar-besaran untuk menciptakan pelindungan dan gangguan. Rekaman yang ditayangkan TV Al-Jazeera menunjukkan truk bantuan kemanusiaan di Nuseirat yang diikuti tank lapis baja.
“Sebuah truk datang membawa bantuan kemanusiaan dan pakaian, tiba-tiba 10 tentara keluar dan menembak saya, sekali di dada dan dua kali di kaki. Penembakan artileri (tank) dimulai. Saya melihat puluhan orang tergeletak di tanah, termasuk orang-orang dengan kepala terpenggal,” kata seorang pemuda Palestina yang selamat dari pembantaian tersebut kepada wartawan.
Ia menyebut bahwa truk bantuan tersebut datang dari pelabuhan Amerika Serikat yang didirikan bersama Israel di Laut Gaza. Media Israel mengonfirmasi bahwa pasukan Israel bersembunyi di dalam truk bantuan kemanusiaan yang digambarkan digunakan untuk “pengiriman furnitur”.
“Pasukan Israel, termasuk Shin Bet dan unit khusus kontraterorisme Kepolisian Israel, Yamam, menggunakan truk pengantar furnitur sebagai perlindungan untuk menyusup ke area di dekat Rumah Sakit Al-Awda,” sebut media Israel, Israel Hayom yang melaporkan beberapa jam setelah operasi berdarah untuk menyelamatkan tawanan Israel.
Empat tawanan Israel dibawa ke dermaga apung buatan Amerika Serikat menggunakan truk yang sama.
“Kami mengkonfirmasi bahwa apa yang diungkapkan oleh media Amerika dan Ibrani tentang partisipasi Amerika dalam operasi kriminal yang dilakukan hari ini. Ini sekali lagi membuktikan keterlibatan pemerintah Amerika dan seluruh pemerintahannya. partisipasi dalam kejahatan perang yang dilakukan di Jalur Gaza” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, para pejabat Israel memuji keberhasilan operasi penyelamatan tawanan pertama mereka setelah delapan bulan perang genosida.
Dokter perawatan intensif anak di Doctors Without Borders (MSF), Tanya Haj-Hassan, mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa Rumah Sakit Al-Aqsha di mana para korban pembantaian Nusairat dirawat sangat mengerikan.
“Ini adalah pertumpahan darah total. Seperti rumah jagal, ada darah dimana-mana. Ada banyak orang yang hilang. Sangat mengerikan,” kata Tanya Haj-Hassan.
Sejak tanggal 7 Oktober hingga saat ini, dengan dukungan Amerika dan Eropa, tentara Israel masih terus melanjutkan agresi terhadap Jalur Gaza dan juga melakukan serangan di berbagai kawasan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel mengebom kawasan di sekitar rumah sakit, gedung, apartemen, dan rumah penduduk sipil Palestina. Israel juga mencegah dan memblokade masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Jumat (04/06), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah meningkat menjadi 36.731 orang dan 83.530 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan. Sekitar 11.000 orang hilang, diperkirakan meninggal dunia di bawah reruntuhan rumah yang dibom oleh Israel.
Sementara itu, berdasarkan laporan pihak berwenang Jalur Gaza dan organisasi internasional, lebih dari 85 persen atau sekitar 1,7 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza terpaksa harus mengungsi setelah kehilangan tempat tinggal dan penghidupan akibat pemboman Israel.
(T.FJ/S: The Cradle)
0 comments:
Post a Comment