JAKARTA KONTAK BANTEN Hingga kini belum ada tanggapan pasti dari pemerintah Turki tentang aksi walk out
yang dilakukan oleh sejumlah delegasi termasuk Presiden Recep Tayyip
Erdogan selama penyampaian pidato Presiden RI, Prabowo Subianto di KTT Developing Eight (D8). Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri
dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, alasan kepergian
Erdogan dan sejumlah delegasi bisa ditafsirkan dari beberapa sudut
pandang.
Pertama, kata Sudarnoto, adanya pernyataan Prabowo yang
mungkin dinilai terlalu sensitif bagi Erdogan. Dalam pidatonya Presiden
RI secara implisit atau eksplisit mengkritik kurangnya tindakan nyata
dari negara-negara Muslim.
Di sisi lain, Turki sering menggambarkan
dirinya sebagai pemimpin dalam isu-isu Muslim global dan mungkin merasa
bahwa kritik tersebut tidak adil atau tidak mencerminkan kenyataan.
"Sangat
mungkin Erdogan merasa bahwa pendekatan pak Prabowo dianggap terlalu
retorik atau bahkan tidak sejalan dengan pandangan atau strategi Turki
yang lebih proaktif ketimbang Indonesia," paparnya kepada RMOL pada Minggu, 22 Desember 2024.
Kedua,
perbedaan Prioritas D8, di mana Erdogan kemungkinan besar tidak setuju
dengan cara Prabowo mengaitkan isu pembangunan ekonomi (agenda utama D8)
dengan isu konflik dan politik internasional.
"Turki mungkin
ingin tetap fokus pada kerjasama ekonomi dan menjauhkan KTT dari
perdebatan politik yang bisa memecah belah," kata dia.
Menurut
Sudarnoto, analisis Presiden Prabowo sangat logis dalam mengaitkan isu
ekonomi global dan kerjasama ekonomi antar negara D8 dengan problem
politik global seperti Palestina.
"Pertentangan pertentangan dan
apalagi okupasi, penghancuran dan genosida israel terhadap palestina
misalnya sangat mengganggu ekonomi global," jelasnya.
Ketiga,
yakni faktor pragmatis atau non-politik. Sudarnoto menyebut ada
kemungkinan Erdogan meninggalkan ruangan bukan karena pidato Prabowo,
melainkan karena alasan logistik atau jadwal.
"Namun, jika waktunya bertepatan dengan poin sensitif dalam pidato, tindakan itu bisa dianggap simbolis," tambahnya.
Sudarnoto condong pada tafsiran pertama soal adanya perbedaan pendekatan
dalam menangani isu dunia Muslim dan bagaimana hal itu dibawa ke forum
D8. Kendati demikian itu tidak bisa dipastikan karena masih belum ada
pernyataan resmi dari pihak Turki.
"Namun, tanpa pernyataan resmi,
sulit memastikan apakah tindakannya disengaja untuk menyampaikan pesan
tertentu atau hanya kebetulan," kata Ketua MUI."Bisa saja Indonesia dan Turki mengadakan pertemuan dan pembicaraan
khusus untuk lakukan Tabayun Diplomatik sembari menyepakati mempersatu
padukan spirit persatuan D8," pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment