Diam bukan pilihan di tengah keterpurukan,
Saat keadilan dipasung, kebenaran dilupakan.
Wahai jiwa yang terjaga, bangkitlah berdiri,
Suaramu adalah nyala, penanda harapan takkan mati.
Jangan biarkan kesunyian menjadi senjata,
Pemimpin palsu berkuasa dalam dusta.
Kita adalah arus, badai yang tak terbendung,
Dengan satu suara, kezaliman akan runtuh dan tunduk.
Tak ada perubahan tanpa keberanian,
Tak ada kemenangan tanpa perlawanan.
Mari bersuara, mari bersama,
Untuk masa depan yang lebih bermakna.
Waktumu adalah sekarang, jangan kau tunda,
Karena diam hanya membiarkan luka semakin meluas.
Angkat suaramu, nyatakan sikap,
Bersama kita bangun dunia yang penuh harap!
"Jika
pemimpin sibuk dengan dirinya, maka rakyat harus bangkit dengan
suaranya; perjuangan kita adalah tamparan bagi mereka yang lupa akan
amanahnya."
Lihatlah, mereka duduk manis di kursi,
Bersandar santai, seolah beban telah pergi.
Namun apa yang mereka perbuat?
Hanya melipat tangan, diam tanpa hasil yang tepat.
Gelas di meja, sisa obrolan tanpa isi,
Begitulah kepemimpinan yang kosong energi.
Baju rapi, senyum tersungging bak pemimpin,
Tapi di mana keberanian? Di mana tindakan yang meyakinkan?
Rakyat butuh suara, bukan gaya semata,
Butuh arah jelas, bukan sekadar kata-kata.
Namun mereka di atas, seperti bayang yang rapuh,
Hanya bertahan karena jabatan, bukan karena penuh.
Wahai kalian yang melihat ini, bukalah mata,
Suarakan kebenaran, jangan biarkan senyap melata.
Pemimpin tanpa jiwa adalah ancaman,
Diam kita adalah alasan mereka bertahan.
Bangunlah, rakyatku, hentikan kebisuan,
Hancurkan topeng kepemimpinan tanpa tindakan.
Karena perubahan lahir dari suara lantang,
Bukan dari pemimpin palsu yang hanya bertandang.
Bangkitlah, wahai kalian anak-anak muda,
Pemuda rayon, pewaris tanah juang penuh makna.
Kita tak dilahirkan untuk tunduk dalam bisu,
Kita adalah gelombang, siap menghancurkan yang palsu!
Lihatlah mereka yang duduk nyaman di kursi,
Berlagak pemimpin, tapi hanya omong kosong basi.
Di tangan mereka, harapan hanya jadi debu,
Tapi di tangan kita, masa depan kan menyatu.
Kita bukan boneka, bukan rakyat yang diam,
Kita adalah bara yang siap menjadi nyala terang.
Kepemimpinan yang palsu takkan bertahan,
Jika kita bersatu, berdiri melawan kezaliman!
Hei anak-anak rayon, di mana semangatmu?
Di mana nyalimu, yang tak pernah ragu?
Bukan saatnya tertunduk, bukan saatnya pasrah,
Ini waktunya berdiri, biarkan dunia mendengar suara kita.
Dengan suara lantang, kita bangunkan perubahan,
Dengan langkah tegap, kita robohkan kebekuan.
Rayon adalah api, bukan abu yang memudar,
Kita adalah harapan, obor yang takkan pudar.
Bersatulah! Jangan biarkan mereka tertawa,
Diam kita adalah kemenangan mereka yang durhaka.
Bangkitlah, anak-anak rayon yang berani,
Tunjukkan pada dunia, inilah wajah revolusi sejati!
Penulis: Reipuri Al-Ayubi, Wakil Ketua II PK PMII UNINDRA Jakarta Selatan.
0 comments:
Post a Comment