Agama ini selalu mengajari kita untuk berbuat ihsan, membalas
kebaikan dengan kebaikan. “Orang yang tak pandai bersyukur pada makhluk,
tak kan pandai bersyukur pada Sang Khaliq” . Itulah pesan Nabi kita.
Sungguh tercela orang yang membalas kebaikan dengan keburukan, membalas susu dengan air tuba, membalas madu dengan empedu.
Binatang
sekelas anjing saja, tau berterima kasih pada tuan yang membesarkan dan
memeliharanya, apatah lagi manusia yang diberi akal dan perasaan. Hanya
orang yang tak punya akal dan perasaan saja yang tiada peduli pemberian
dan membalasnya dengan kejelekan.
Perumpamaan orang tak tau
bersyukur dan kufur nikmat terhadap pemberi nikmat, bagaikan seseorang
yang membesarkan anak singa, tatkala ia besar dan dewasa maka tuannya ia
terkam dan cabik cabik.
Aneh bin ajaib jika ada seorang alumni
salah satu universitas Wahabi begitu gencarnya mempropagandakan anti
wahabi. Entah berapa banyak Riyal Saudi yang telah makan. Entah berapa
banyak fasilitas belajar dari negeri wahabi yang dia nikmati dan entah
berapa banyak gelor Doktor pemberian negeri Wahabi dia manfaatkan.
Tidak
cukup sekedar propaganda anti Wahabi, lebih dari itu ia memproklamirkan
di mana-mana bahwa semua teroris di RI adalah Wahabi. Dengan kata lain
bahwa Wahabi adalah gudang dan dalang untuk semua gerakan terorisme dan
radikaliame.
Belum puas sampai di situ, bahkan ia membuat imej
bahwa keberadaan pesantren-pesantren salaf yang mengajarkan agama dan
akidah yang murni tanpa embel-embel bid’ah, membahayakan dan harus
ditutup.
Apakah Wahabi ancaman bagi NKRI?. Jawabnya tidak, ia
adalah hanyalah ancaman bagi para “tekong” bid’ah hasanah. Ancaman bagi
kejumudan berfikir dan taklid buta kepada para punggawa kaum tradisionil
yang kukuh mempertankan khurafat, takhayyul, dan kesyirikan.
Membendung
arus Wahabi bagi mereka adalah upaya menjaga pengaruh dan eksistensi
mereka yang bakal hilang ketika ditinggalkan para pengikut. Plus menjaga
agar “dapur mereka tetap berasap”. Menjaga kepentingan politik kelompok
tertentu agar langgeng meraih kekuasaan sekalipun ia kafir ataupun
munafik.
Sebab Wahabi tak dapat dibeli, terbiasa memiliki jiwa
yang merdeka tak mau diperbudak. Tak punya rasa takut kecuali pada
Allah. Tidak haus kekuasaan dan dunia. Selalu mendukung segala kebaikan
yang dilakukan penguasa. Menasehati mereka dengan bijak dan santun.
Mendoakan kebaikan untuk mereka. Mengharamkan pemberontakan kepada
penguasa muslim. Bersabar atas kezaliman mereka. Apakah layak yang
seperti ini dikatakan ancaman untuk NKRI..??
Siapa dan apa itu wahabi ? Marilah kita baca apa yang dikatakan Buya Hamka dalam bukunya “Perbendaharaan Lama”:
Memang
sejak abad kedelapan belas, sejak gerakan Wahabi timbul di pusat tanah
Arab, nama Wahabi itu telah menggegerkan dunia. Kerajaan Turki yang
sedang berkuasa takut kepada Wahabi. Karena Wahabi adalah permulaan
kebangkitan bangsa Arab, sesudah jatuh pamornya akibat serangan bangsa
Mongol dan Tartar ke Baghdad. Dan Wahabi pun ditakuti oleh bangsa-bangsa
penjajah, karena apabila dia masuk ke suatu negeri, dia akan membukakan
mata penduduknya untuk menentang penjajahan. Karena paham Wahabi
meneguhkan kembali ajaran Tauhid yang murni, menghapuskan segala sesuatu
yang akan membawa kepada syirik. Disebabkan hal itu timbullah perasaan
bahwa tidak ada yang harus ditakuti kecuali Allah. Wahabi menentang
keras sikap jumud, yaitu kebekuan dalam memahami agama. Orang harus
kembali kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits.”
Inilah hakikat wahabi yang ditakuti bangsa-bangsa penjajah di nusantara sebelum merdeka dan di seluruh dunia Islam.
Ia
melahirkan para pahlawan, bukan penjilat. Melahirkan tokoh bukan
“penokoh”, merekalah pilar-pilar kebangkitan Indonesia dan penentang
penjajah yang gigih berjuang demi akidah bangsa agar merdeka hanya
menjadi hamba Allah dan tidak tunduk di bawah penjajah kaum kuffar.
Bila pohon tumbuh benalu
Alamat ia kan segera mati
Bila tuan tiada bermalu
Sila berdusta sesuka hati
Rama-rama terjerat sayap
Sangkut di sarang si laba-laba
Fikir dahulu sebelum berucap
Sesal kemudian tiada berguna
Burung dara burung tekukur
Dijerat oleh putera panglima
Orang berbudi pandai bersyukur
Diberi nikmat tiada lupa
Mentari terbit di ufuk timur
Indah nian bias sinarnya
Orang keji tak tau bersyukur
Bagai kacang lupa kulitnya
—————————————-
Mekah, 22 Zulhijjah 1445 / 22 februari 2025
Abu Fairuz Ahmad Ridwan My.
0 comments:
Post a Comment