![]() |
Kepala Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Department of Homeland Security (DHS), AS, William Bryan |
JAKARTA – Presiden Joko Widodo menyebut suhu udara di Indonesia dapat memperpendek masa hidup virus korona atau Covid-19.
Hal itu disampaikan Jokowi setelah mendengar pernyataan pejabat
Department of Homeland Security Amerika Serikat (AS) terkait penelitian
virus korona. Disebutkan, suhu udara, sinar matahari, dan tingkat
kelembaban udara memengaruhi kecepatan kematian virus Covid-19 di
udara dan di permukaan yang tidak berpori.
Seperti diketahui, Kepala Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Department
of Homeland Security (DHS), William Bryan, dalam keterangan harian
Satuan Tugas Virus Korona di Gedung Putih, Washington DC, Kamis (23/4),
mengatakan studi pendahuluan menunjukkan bahwa virus korona jenis baru
dapat mati lebih cepat dalam cuaca panas dan lembap, daripada dalam
kondisi yang lebih dingin dan lebih kering.
“Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi kelembaban, dan adanya
paparan langsung sinar matahari akan semakin memperpendek masa hidup
virus Covid-19 di udara dan di permukaan yang tidak berpori,” kata
Jokowi seperti dikutip dari keterangan pers Sekretariat Presiden, Jumat
(24/4).
Menurut Jokowi, hasil penelitian itu menjadi berita menggembirakan
bagi Indonesia yang beriklim tropis dengan suhu yang panas, udara
lembap, dan kaya sinar matahari.
Meski begitu, Jokowi tetap mengingatkan agar masyarakat terus
menjalankan protokol pencegahan penularan Covid-19 secara disiplin.
“Namun demikian, jangan lupa protokol pencegahan penularan Covid-19
harus terus kita jalankan secara disiplin dengan disiplin yang kuat.
Satu, cuci tangan, selalu cuci tangan,” ujar Jokowi.
Ditambahkan, kedua, selalu menggunakan masker. Ketiga, jaga jarak.
“Dan yang keempat tingkatkan imunitas, tingkatkan daya tahan tubuh,”
sambung Jokowi.
Hingga Jumat, 22 April 2020, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia
mencapai 8.211 orang, 1.002 orang sembuh, dan pasien meninggal mencapai
689 orang.
Studi Pendahuluan
Sebelumnya, William Bryan mengatakan meningkatkan suhu dan kelembaban umumnya kurang menguntungkan virus.
Bryan mengatakan penelitian itu menunjukkan masa hidup virus lebih
singkat pada suhu dan kelembaban yang lebih tinggi daripada dalam
kondisi cuaca yang lebih dingin.
“Jika Anda melihat suhu meningkat, karena kelembaban meningkat,
tidak ada sinar matahari, Anda dapat melihat seberapa drastis masa hidup
virus. Jadi, virus itu mati dalam kecepatan yang jauh lebih cepat
dengan hanya terpapar pada suhu yang lebih tinggi dan kelembaban,”
lanjut Bryan.
Sementara itu, Presiden Donald Trump, menyambut hangat berita itu dan
memperkirakan akan lebih banyak orang yang berani keluar rumah pada
akhir musim semi dan musim panas, saat cuaca lebih hangat. “Saya penah
mengatakan, mungkin itu hilang dengan panas dan cahaya, Dan orang-orang
tidak begitu menyukai pernyataan itu,” katanya.
0 comments:
Post a Comment